1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Bagaimana Persiapan Jerman Buka Sekolah di Musim Gugur?

Kay-Alexander Scholz
28 Juni 2021

Penyebaran varian virus corona tetap menimbulkan kekhawatiran di saat Jerman bersiap membuka sekolah untuk musim gugur. Kekhawatiran juga muncul karena belum adanya vaksin untuk anak-anak. Sejauh apa persiapan Jerman?

https://p.dw.com/p/3vfAn
Pembelajaran di masa corona
Foto: Jens Schlüter/AFP/Getty Images

Menteri pendidikan negara bagian baru-baru ini membuat keputusan pada 11 Juni bahwa sekolah akan dibuka kembali dengan "pengajaran tatap muka penuh." Namun, penularan varian virus corona yang lebih dominan di saat program vaksinasi berjalan baik dan jumlah kasus menurun, tetap menimbulkan kekhawatiran.

Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan pemakaian masker dan pembatasan kehadiran siswa di sekolah mungkin masih diperlukan. Lothar Wieler, kepala badan pengendalian penyakit Jerman Robert Koch Institute, mendukung langkah-langkah perlindungan di sekolah-sekolah hingga musim semi 2022.

Belum ada vaksin untuk anak-anak

Kebutuhan akan langkah-langkah lanjutan ini diperlukan terutama karena, tidak seperti di kantor atau pabrik, masih ada banyak orang yang tidak divaksinasi di sekolah pada musim gugur.

Saat ini, tidak ada vaksin yang disetujui untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun di Jerman. Remaja antara usia 12 dan 18 tahun dapat divaksinasi, tetapi belum direkomendasikan secara eksplisit.

Helge Braun, kepala staf Kanselir Angela Merkel, mengatakan itulah mengapa penting bagi semua orang dewasa di sekitar anak-anak, seperti tenaga pendidik dan orang tua, untuk divaksinasi. 

Bagaimana kaum muda dapat dilindungi?

Tetapi Kinderschutzbund, organisasi advokasi terbesar untuk anak-anak dan remaja di Jerman, sangat menyadari bahayanya.

"Yang paling penting sekarang adalah tidak bergantung pada prinsip berharap bahwa jumlahnya akan turun, dan tahun ajaran berikutnya akan baik-baik saja," kata Direktur Pelaksana Daniel Grein.

Tindakan pencegahan harus dilakukan selama liburan musim panas ketika tidak ada orang di sekolah, seperti memasang pembersih udara. Para ahli merekomendasikan alat ini untuk melindungi anak-anak dan remaja dari virus corona.

Sementara itu, proyek pembersih udara bergerak telah dioperasikan di sekolah München selama enam bulan dengan biaya masing-masing sekitar €3.000 (Rp 51,7 juta), yang dananya berasal dari pemerintah kota.

Menurut peneliti aerosol dari Universitas Bundeswehr München, Christian Kähler, pembersih udara bergerak dapat "menghilangkan risiko infeksi tidak langsung di sekolah jika digunakan dengan benar." Infeksi tidak langsung mengacu pada infeksi oleh virus yang tersuspensi di dalam ruangan.

Pemerintah Jerman baru-baru ini berjanji setidaknya akan memberikan dukungan finansial untuk pemasangan filter udara. Tetapi bagi Daniel Grein, janji itu mungkin sudah terlambat. 

Pembersih udara
Pembersih udara akan diletakkan di dalam ruangan kelas untuk pembelajaran tatap muka selama musim dinginFoto: Annette Riedl/dpa/picture alliance

Dana bantuan untuk kebutuhan sekolah

Pemerintah Jerman juga menjanjikan penyediaan fasilitas lainnya untuk sekolah yang dituliskan dalam "pakta digital". Pakta itu diluncurkan sebelum pandemi, dan kini anggarannya telah ditingkatkan menjadi € 5 miliar (Rp 86 triliun).

Satu-satunya sekolah di kota kecil Calau di negara bagian Brandenburg merasakan manfaat bantuan ini. Sekolah itu membeli laptop senilai hampir €28.000 (Rp 483 juta) sesaat sebelum liburan musim panas.

"Murid kami berasal dari keluarga yang tidak punya banyak uang," kata kepala sekolah. "Jadi mereka tidak selalu mampu membeli perangkat modern untuk pembelajaran jarak jauh,‘‘ tambahnya.

Banyak negara bagian Jerman telah menyiapkan program ‘‘liburan khusus‘‘ yang bertujuan memungkinkan anak-anak mengejar waktu belajar yang hilang, seperti kursus bahasa atau sekolah renang.

Tetapi Kinderschutzbund tidak ingin mengatakan bahwa situasinya sepenuhnya suram. Ada banyak sekolah yang telah melewati pandemi dengan baik.

Di samping itu, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang masa depan. Berapa banyak biaya yang diperlukan untuk kembali ke "pembelajaran normal"? Sementara saat ini ada banyak uang dan energi diinvestasikan untuk pengajaran digital, apakah semuanya sia-sia?

Diskusi seputar ini telah dimulai oleh pemerintah Jerman. Politisi Partai Hijau Stefanie Remlinger mengatakan kepada kantor berita RBB bahwa dia telah menerima umpan balik dari sekolah bahwa banyak yang menginginkan kombinasi pengajaran tatap muka dan pembelajaran digital.

“Sekolah harus diizinkan untuk mencoba lebih banyak (metode) setelah pandemi,” katanya.

(pkp/hp)