1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Jejaring Jamur Topang Ekosistem Bumi

Natalie Muller
Terbit 22 Juli 2022aktualisasi terakhir 23 Agustus 2022

Jejaring cendawan mikroriza di bawah tanah menghubungkan tanaman dan menjadi jalur pertukaran nutrisi. Tapi deforestasi dan krisis iklim mengancam sistem yang sudah menopang kehidupan di Bumi sejak jutaan tahun itu.

https://p.dw.com/p/4EWPN
Jejaring cendawan mikroriza
Jejaring cendawan mikroriza dalam jepretan mikroskopFoto: Last Refuge/Mary Evans Picture Library/picture alliance

Pepohonan tidak akan mampu bertahan hidup tanpa jejaring raksasa jamur yang beroperasi di bawah tanah.

Layaknya jaringan internet, filamen jamur berukuran mikro ini menyebar di dalam tanah dan ikut menghubungkan antara pohon dan tanaman. Mereka bisa menggunakan sistem ini untuk saling berbagi air, nitrogen, karbon dan nutrisi lain, atau bahkan mendapat peringatan dini ancaman bahaya.

Jejaring cendawan mikroriza sudah menghuni Bumi sejak lebih dari 400 juta tahun. Menurut ahli ekologi, Thomas Crowther, mereka beroperasi layaknya "otak hutan,” yang bertugas merawat seluruh ekosistem agar tetap sehat.

"Jamur mikroriza sangat penting bagi keberlangsungan sekitar 90 persen semua pohon di Bumi. Keduanya saling bergantung satu sama lain,” kata ilmuwan ETH Zurich, Swiss, tersebut. Dia termasuk kelompok ilmuwan yang pertamakali memetakan sebaran jejaring jamur mikroriza di seluruh dunia.

Bagaimana cara kerjanya?

Pohon dan tanaman memilki hubungan simbiosis melalui cendawan mikroriza yang tidak hanya melilit, tetapi juga menancap ke dalam akar. Melaluinya, tanaman melepas karbon dan sebagai gantinya mendapat nutrisi lain seperti fosfor dan nitrogen yang diserap jamur dari dalam tanah.

Bukan Sekedar Cendawan di Kegelapan

Lebih dari itu, tanaman juga menggunakan jejaring cendawan di bawah tanah untuk saling berinteraksi satu sama lain, menukar informasi, nutrisi, gula dan air dengan pohon lain yang lebih membutuhkan.

"Pohon yang kekurangan nutrisi seringkali diselamatkan oleh jejaring ini, karena jamur akan mendistibusikan ulang nutrisi ke area-area yang mengalami kerusakan,” kata Crowther. "Konektivitas inilah yang menghidupkan seluruh ekosistem.”

Jika sebuah bibit terhubung dengan jejaring jamur, ia akan mendapat kiriman nutrisi dan air dari pohon dewasa. Siklus ini membantu pertumbuhan dan memperkuat daya tahan pohon menghadapi stress. Sebaliknya pohon yang sekarat juga menggunakan jejaring mikroriza untuk mengirimkan sisa nutrisi ke tanaman di sekitar.

Pohon bisa mendapat peringatan dini adanya ancaman hama, dengan menerima sinyal stress dari pohon yang sedang diserang. Melalui cara itu, mereka bisa memproduksi senyawa kimia untuk menolak hama.

Pohon mati membawa jejaring jamur

Jejaring mikroriza menopang ekosistem dan memperkuat daya tahan hutan. Mereka juga menyimpan karbondioksida dalam jumlah besar. Namun ekspansi pertanian, polusi pupuk kimia dan deforestasi menempatkan sistem vital ini dalam ancaman kepunahan.

Menurut PBB, sekitar 178 juta hektar hutan dirambah dalam tiga dekade terakhir. Ketika pohon-pohon ditebang, jejaring cendawan di bawah tanah juga ikut punah. Ilmuwan menemukan, aktivitas penebangan menghilangkan sebanyak 95 persen jejaring mikroriza. 

"Kenaikan suhu permukaan tanah akibat perubahan iklim, juga berpotensi memicu perubahan dramatis, di mana cendawan berusia tua digantikan oleh varietas bersiklus hidup rendah, yang akan melepas karbondioksida ke udara,” tutur Crowther.

Cendawan mikroriza sudah menopang kehidupan di Bumi sejak ratusan juta tahun. Kepunahannya tidak hanya menjadi lonceng kematian bagi flora dan fauna, tetapi juga bagi manusia.

rzn/as