1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

161209 Klima Kopenhagen Proteste

17 Desember 2009

Dua hari sebelum berakhir, ketegangan mewarnai KTT Iklim Global di Kopenhagen.

https://p.dw.com/p/L42B
Foto: AP

Dua puluh empat jam mendatang akan sangat menentukan, begitu ungkap Ketua Sekretariat Iklim di PBB, Yvo de Boer dalam tahap perundingan yang mulai melibatkan para pemimpin dari lebih 190 negara. Bersama para menterinya nanti, para pemimpin ini akan mengambil keputusan-keputusan politik.

Sesuai persepsi itu, sejak kemarin malam jalan menuju gedung konferensi Bella Center pun diblokir polisi supaya perundingan tak terganggu. Sayangnya, ini juga berarti bahwa semakin sedikit kemungkinan bagi masyarakat sipil untuk menyampaikan suaranya.

Proteste Klimagipfel Kopenhagen
Polisi Denmark memblokir demonstranFoto: dpa

Aksi jalan kaki yang digulirkan para aktivis dan berawal damai itu di hari Rabu pagi, berakhir riuh. Bentrokan dan penangkapan lebih dari 230 orang aktivis tak terhindari. Polisi menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan demonstran. Sejak pekan lalu, polisi telah menangkapi lebih dari 1200 orang demonstran, yang kemudian dibebaskan kembali setelah 12 jam ditahan. Tapi masalahnya bukan hanya itu.

Di lokasi konferensi Bella Center, kembali sebuah konferensi pers kelompok NGO terpaksa dibatalkan. Para wakilnya tidak bisa masuk gedung. Masalahnya memang tehnis, Bella Center tak bisa menampung semua yang datang. Menurut Ketua Sekretariat Iklim di PBB, Yvo de Boer masalahnya yang mendaftarkan diri amat banyak.

De Boer mengakui kesalahan organisasi, “Siapa yang salah? Saya! Masalahnya, tak mungkin memaksakan kaki berukuran 12 ke dalam sepatu ukuran 6. Karena alasan keamanan bila terjadi kebakaran, ruang konferensi ini hanya boleh menampung 15.000 orang. Padahal yang ingin masuk itu 46.000 orang yang datang ke mari agar suara mereka terdengar.”

De Boer menambahkan, sekretariat Iklim PBB tak menyangka bahwa semua orang akan datang pada hari-hari terakhir. Namun keterangan de Boer itu tak membantu ribuan aktivis dan anggota NGO yang melakukan perjalanan ribuan kilometer untuk bisa hadir.

Hal ini diungkapkan Ruchi Jain dari LSM “350.org” di Mumbai, India, “Kenapa mereka baru mengatakannya sekarang? Kami jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri untuk datang ke Kopenhagen, karena tahu bahwa suara dan pesan orang muda bisa berdampak pada perundingan ini.”

Klimakonferenz Kopenhagen 2009
Organisasi tcktcktck menghitung detik-detik terakhir. Dengan 10 juta tandatangan menuntut kesepakatan iklim yang adil dan ambisius.Foto: DW

Seperti banyak orang yang datang atas biaya sendiri, Ruchi perempuan India berusia 23 tahun itu frustrasi. Banyak di antara remaja dan orang muda yang sudah menabung selama bertahun-tahun untuk menghadiri konferensi ini. Meski juga menilainya penting, Elin Karlson dari kelompok Remaja dan Alam Swedia menyerahkan beberapa tanda masuk yang didapat oleh kelompoknya kepada beberapa rekan dari negara berkembang.

“Tiga kartu itu kami berikan kepada yang datang dari Selatan, Kami pikir jauh lebih penting bahwa mereka bisa berpartisipasi”, begitu Elin Karlson menjelaskan.

Tampaknya dua hari menjelang akhir KTT Iklim Global di Kopenhagen ini para kepala negara harus mengambil contoh dari para remaja dan orang muda, yakni:
memberikan sesuai kemampuan dan berbagi sesuai kebutuhan.

Helle Jeppessen / Edith Koesoemawiria
Editor: Christa Saloh