1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaGlobal

Atlet Transpuan Dilarang Ikuti Kompetisi Olahraga Atletik

24 Maret 2023

Badan Atletik Dunia resmi melarang atlet transgender untuk mengikuti pertandingan atletik perempuan, karena khawatir memiliki keunggulan yang tidak adil di dalam kompetisi.

https://p.dw.com/p/4P9pt
Lomba Lari 5.000 Meter Kategori Perempuan Kejuaraan Dunia Junior IAAF
Badan Atletik Dunia sebelumnya telah mengajukan opsi agar atlet transgender diizinkan berkompetisi, dengan syarat menekan dan memperkecil kadar testosteron mereka, namun opsi itu ditolak.Foto: Jonathan Ferrey/Getty Images

World Athletics atau Badan Atletik Dunia resmi melarang atlet transgender mengikuti pertandingan atletik perempuan.

Presiden Badan Atletik Dunia Sebastian Coe telah resmi melarang atlet transgender untuk berkompetisi di ajang atletik perempuan, pada Kamis (23/03).

"Dewan telah sepakat untuk mengecualikan atlet transgender laki-laki atau perempuan yang telah melalui masa pubertas laki-laki dari kompetisi peringkat dunia perempuan mulai 31 Maret tahun ini," kata Coe.

Namun, saat ini tidak ada atlet transgender atau transpuan yang dimaksud tengah berkompetisi di tingkat elit tertinggi di cabang olahraga atletik tersebut.

Coe juga mengatakan bahwa Badan Atletik Dunia sebelumnya telah mendiskusikan masalah ini dengan beberapa pemangku kepentingan seperti Komite Olimpiade Internasional, sejumlah federasi nasional, dan kelompok transgender tentang isu tersebut, sebelum mengambil keputusan.

"Mayoritas dari mereka yang terlibat dalam diskusi menyatakan bahwa atlet transgender tidak boleh berlaga di kategori atletik perempuan," tambah Coe.

Presiden Badan Atletik Dunia Sebastian Coe
Coe mengatakan bahwa Badan Atletik Dunia percaya bahwa keputusan tersebut adalah demi kepentingan terbaik cabang olahraga atletikFoto: Kyodo/picture alliance

Langkah yang diambil untuk 'melindungi kategori perempuan'

Coe mengatakan bahwa keputusan untuk mengecualikan atlet transgender itu didasarkan pada "kebutuhan menyeluruh untuk melindungi kategori perempuan."

"Banyak yang percaya, tidak ada bukti yang cukup bahwa transpuan tidak memiliki keunggulan dibandingkan perempuan biologis dan membutuhkan lebih banyak bukti untuk memastikan setiap keunggulan fisik yang dimilikinya sudah berhasil diperkecil, sebelum mereka bersedia mempertimbangkan pilihan untuk dimasukkan ke dalam kategori perempuan," jelas Coe.

Coe menambahkan bahwa Badan Atletik Dunia akan membentuk gugus tugas yang akan mempelajari masalah inklusi transgender ini lebih dalam.

Badan Renang Dunia, FINA, pada Juni lalu memutuskan untuk melarang perempuan transgender dari kompetisi elit cabang olahraga tersebut, jika transpuan ini pernah mengalami masa pubertas pria.

Atlet DSD harus mengurangi kadar testosteron mereka

Badan Atletik Dunia juga memilih untuk mengadopsi peraturan baru yang dapat mencegah Caster Semenya dan atlet lain yang memiliki DSD atau perbedaan perkembangan seksual, untuk ikut berkompetisi.

Atlet DSD memiliki testosteron pria, tetapi tidak menghasilkan cukup hormon Dihydrotestosterone (DHT) yang diperlukan untuk pembentukan alat kelamin genital pada pria.

Coe mengatakan bahwa setidaknya 13 atlet diperkirakan akan terpengaruh oleh peraturan terbaru DSD tersebut, termasuk atlet asal Afrika Selatan, Caster Semenya, yang telah menjuarai Olimpiade 800 meter sebanyak dua kali.

Agar dapat berkompetisi dalam ajang Olimpiade di masa depan, Semenya harus menjalani perawatan penekan hormon setidaknya selama enam bulan. Menurutnya, hal itu adalah prosedur yang tidak akan pernah dilakukannya lagi. Sebelumnya, Semenya telah menjalani tahap perawatan itu satu dekade yang lalu, di bawah aturan dewan sebelumnya.

kp/ha (AFP, AP, Reuters)