1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

191211 USA Nordkorea

20 Desember 2011

Kekhawatiran merebak di Amerika Serikat setelah kematian Kim Jong Il. Pemimpin yang baru, Kim Jong Un, dianggap kurang berpengalaman. Dan perkembangan politik dalam negeri Korea Utara saat ini masih belum dapat diduga.

https://p.dw.com/p/13Vv6
Kim Jong Un (kiri) bersama mendiang ayahnya Kim Jong Il, Maret 2010Foto: picture-alliance/dpa

Duka mendalam menyeliputi Korea Utara menyusul kematian pemimpin mereka, Kim Jong Il, sementara seluruh dunia menahan nafas menunggu perkembangan yang timbul. Perhatian dunia ditujukan pada pengganti Kim Jong Il, putra ke tiganya, Kim Jong Un. Satu pertanyaan utama muncul: apakah rezim Pyongyang yang kaku di bawah kepemimpinan Kim Jong Un akan memiliki arah baru?

Persatuan dan Stabilitas Korea Utara

Setelah berita resmi kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong Il dikeluarkan, reaksi yang kerap terdengar di Amerika Serikat adalah, pernyataan khawatir akan perkembangan yang dapat terjadi.

Bill Richardson, mantan duta besar Amerika di PBB dan juga pakar Korea Utara, dalam sebuah interview televisi mengatakan, "Kami benar-benar khawatir, Karena pertanyaannya sekarang adalah, apakah dalam peralihan kekuasaan akan terdapat satu kesepahaman dan stabilitas dalam kepemimpinan Korea Utara? Apakah militer akan mendukung peralihan kekuasaan? Apakah upaya beberapa waktu terakhir dapat dilanjutkan, yaitu untuk meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan pada isu-isu seperti bantuan pangan dan perundingan program nuklir?"

Langkah Pemimpin Baru

Banyak pertanyaan yang timbul dikalangan para politisi Amerika Serikat dan dikalangan pakar Korea Utara setelah meninggalnya Kim Jong Il. Dan saat ini, belum terdapat jawaban atas semua pertanyaan yang ada. Demikian pula dikatakan Victor Cha dalam bincang-bincang dengan stasiun CNN. Victor Cha, yang pernah duduk di dewan kemanan di Gedung Putih, kini bekerja sebagai ahli Korea pada tangki pemikir untuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat CSIS.

Victor Cha mengatakan, "Kita semua sekarang akan mengikuti perkembangan dengan seksama untuk melihat langkah-langkah berikutnya yang akan diambil pemimpin baru. Pertanyaannya adalah, apakah di Korea Utara terdapat satu kekuatan, yang tidak puas dengan kondisi saat ini, yang akan berusaha untuk menentang pempimpin baru."

Pemimpin Baru Kurang Berpengalaman

Amerika Serikat juga mengetahui dan menyadari bahwa pemimpin baru Korea Utara tidak cukup memiliki pengalaman poltik. Victor Cha dari tangki pemikir untuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat CSIS mengatakan, "Sejak Korea Utara berdiri, terdapat hanya dua pemimpin dan Kim Jong Un sekarang merupakan yang ke tiga. Ia juga merupakan keluarga Kim. Warisan kelaurga begitu penting di Korea Utara, hampir seperti dalam sebuah kerajaan. Di sisi lain, Jong Un sangat tidak berpengalaman. Dan sampai sekarang ia hampir tidak memiliki kesempatan untuk membangun satu jaringan, yang juga begitu penting untuk mempertahankan sistem politik di sana."

Walaupun demikian, Amerika Serikat menilai pergantian kekuasaan Korea Utara sebagai sesuatu yang positif. Setidaknya karena, Kim Jong Un merupakan fans berat bola basket Amerika Serikat.

Klaus Kastan/Yuniman Farid Editor: Hendra Psuhuk