1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

AS dan Selandia Baru Bicarakan Perdagangan hingga Keamanan

1 Juni 2022

Jacinda Ardern adalah Perdana Menteri Selandia Baru pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak 2014. Dia dan Presiden AS Joe Biden membahas pengaruh Cina di Pasifik, pakta perdagangan baru, dan momok kekerasan senjata.

https://p.dw.com/p/4C75p
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan Presiden AS Joe Biden
PM Jacinda Ardern menyampaikan belasungkawa atas kekerasan senjata, seraya mengakui bahwa AS dan Selandia Baru memiliki sistem politik yang "sangat berbeda"Foto: Evan Vucci/AP/dpa/picture alliance

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyambut Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern di Gedung Putih, Selasa (31/05). Keduanya membahas sejumlah topik, sebagian besar mengenai perdagangan dan keamanan di Pasifik. Isu kekerasan senjata menjadi masalah besar setelah terjadi serangkaian penembakan massal di Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir.

Kedua pemimpin berbicara tentang perlunya keterlibatan AS yang lebih intens dengan negara-negara kepulauan Pasifik saat Cina memperluas eksistensinya baik secara komersial maupun militer. "Kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di pulau-pulau Pasifik itu,” kata Biden – pada hari yang sama Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi berada di Tonga untuk menandatangani perjanjian pertahanan dan perdagangan.

Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan: "Mereka (Biden dan Ardern) juga memiliki beberapa diskusi yang cukup rinci tentang pentingnya keterlibatan langsung dengan para pemimpin Pasifik dan pentingnya Amerika Serikat bekerja sama dengan Selandia Baru dan mitra lainnya saat kami terus meningkatkan upaya untuk terlibat lebih efektif di Pasifik."

IPEF aktif dan berjalan, tetapi mitra Pasifik ingin AS bergabung kembali dengan TPP

Pekan lalu, Selandia Baru bergabung dengan 14 negara Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) baru Biden, yang ia presentasikan selama perjalanan pertamanya ke Asia. Kesepakatan itu mengecualikan Cina dan "memberikan peluang signifikan untuk membangun ketahanan ekonomi di kawasan kami," kata Ardern.

Namun, banyak negara Pasifik menginginkan AS untuk bergabung kembali dengan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) di mana pendahulu Biden, Donald Trump, menarik diri pada tahun 2017.

Biden dan Ardern juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi negara-negara Indo-Pasifik sebagai akibat dari pandemi virus corona dan perubahan iklim. Pemimpin Selandia Baru itu menegaskan kembali tujuan bersama negaranya dengan Washington, "dalam memajukan nilai-nilai Pasifik dan fokus yang telah ditentukan oleh para pemimpin pulau Pasifik untuk diri mereka sendiri."

Masalah kekerasan senjata

Satu topik yang membayangi pertemuan itu adalah isu kekerasan senjata. Biden memuji Ardern atas kerjanya yang efektif dalam mengekang ekstremisme domestik dan kemampuannya untuk meloloskan undang-undang senjata yang komprehensif setelah seorang supremasi kulit putih dengan senapan serbu membunuh 51 umat muslim di sebuah masjid Christchurch pada 2019.

Setelah penembakan itu, Ardern berhasil mengajak 119 dari 120 anggota parlemen Selandia Baru untuk bergabung dengannya dalam melarang senjata otomatis bergaya militer.

Ardern juga telah menjadi kritikus vokal terhadap perusahaan media sosial dan peran yang mereka mainkan dalam meradikalisasi pengguna layanan mereka. "Waktunya telah tiba bagi perusahaan media sosial dan penyedia online lainnya untuk mengenali kekuatan mereka dan bertindak berdasarkan itu," katanya pada pekan lalu saat menyampaikan pidato pembukaan di Universitas Harvard.

Penembak Christchurch menjadi radikal secara online dan menyiarkan langsung amukannya, seperti yang dilakukan seorang penembak rasis di AS pada 14 Mei, ketika dia menembak dan membunuh 10 orang kulit hitam di supermarket Buffalo, New York.

Biden sejak itu bergabung dengan gerakan yang disebut "Call to Action Christchurch" yang diluncurkan Ardern dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 2019, dalam upaya untuk membuat perusahaan teknologi membersihkan konten ekstremis kekerasan di platform mereka. Pendahulu Biden, Trump, menolak untuk bergabung upaya tersebut.

Biden telah berjanji untuk mengambil tindakan, tetapi AS belum meloloskan pengendalian senjata federal yang besar sejak 2012, ketika seorang penembak di Sekolah Dasar Sandy Hook di Connecticut menewaskan 26 orang, 20 di antaranya adalah anak-anak kecil berusia antara enam dan tujuh tahun.

Ardern menyampaikan belasungkawa yang tulus dan mengatakan dia siap untuk berbagi apa pun untuk membantu, tetapi dia mencatat bahwa AS dan Selandia Baru memiliki sistem politik yang "sangat berbeda".

Jacinda Ardern adalah pemimpin Selandia Baru pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak Barack Obama menyambut Sir John Key pada 2014.

ha/pkp (AP, Reuters)