1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS dan Rusia Tandatangani Perjanjian Baru Senjata Nuklir

8 April 2010

Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menandatangani kesepakatan baru pengurangan senjata nuklir di Praha Ceko.

https://p.dw.com/p/MrEx
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry MedvedevFoto: AP

Berdasarkan kesepakatan tersebut, kedua negara hanya diizinkan memiliki maksimal 1550 hulu ledak. Atau 30 persen lebih rendah dari batasan yang ditetapkan tahun 2002. Ini pencapaian besar, buah dari ketekunan para perunding kedua negara selama berbulan-bulan. Sampai akhirnya kedua presiden duduk berdampingan menandatangi pengganti kesepakatan START 1991 yang masa berlakunya habis Desember tahun lalu. Langkah ini juga dianggap sebagai keberhasilan dari usaha mendekatkan hubungan kedua negara yang sering menegang.

Presiden Barack Obama menegaskan, Amerika Serikat dan Rusia yang secara bersama memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir di dunia, harus menunjukkan kepemimpinan global yang penuh tanggung jawab. "Andaikan Amerika Serikat dan Rusia tidak mampu bekerja sama dalam persoalan besar, dampaknya tidak akan baik bagi kedua negara dan tidak baik pula bagi dunia. Hari ini kami bersama-sama membuktikan betapa bermanfaatnya suatu kerjasama. Hari ini adalah tonggak sejarah penting bagi keamanan senjata nuklir, bagi non-proliferasi nuklir dan bagi hubungan Amerika Serikat-Rusia."

Presiden Dmitry Medvedev juga berpendapat, bahwa kesepakatan baru ini mebawa hubungan antar kedua negara tersebut ke tingkatan yang lebih tinggi. Ia menegaskan, bahwa proses perundingan dengan Amerika Serikat tidaklah mudah. "Yang paling penting, ini merupakan suatu win-win solution. Kedua belah pihak dimenangkan. Tidak ada yang kalah dalam perjanjian ini. Inilah sifat dari perjanjian kerjasama ini. Jadi jika kedua belah pihak sama-sama memetik kemenangan, maka seluruh dunia juga menang."

Usai penandatangan, Obama dan Medvedev juga menegaskan lagi pandangan mereka tentang sengketa atom dengan Iran. Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan kebijakan baru penggunaan senjata nuklir mereka, yang prinsipnya adalah tidak akan melakukan serangan nuklir terhadap negara yang tidak memiliki senjata nuklir. Tetapi kebijakan itu mengecualikan Korea Utara dan Iran. Obama mengungkapkan harapannya, bahwa Dewan Keamanan PBB akan menjatuhkan sanksi baru yang cerdas dan keras terhadap Iran. "Senjata nuklir bukan hanya masalah Amerika Serikat dan Rusia, tetapi juga mengancam keamanan semua bangsa. Jika senjata nuklir jatuh ke tangan teroris, ini merupakan bahaya bagi semua orang. Mulai dari Moskow hingga New York. Dari kota-kota di Eropa hingga Asia Selatan. Dan jika makin banyak negara yang memiliki senjata nuklir, maka akan tercipta resiko yang terlalu besar bagi keamanan global."

Sekjen PBB Ban Ki Moon menyambut hangat kesepakatan baru ini . Ban Ki Moon mengatakan, kesepakatan ini penting bagi usaha dunia internasional menuju pelucutan senjata nuklir dan mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir. Negara addaya lain yang juga memiliki senjata nuklir, Cina, tidak ketinggalan memberikan komentar. Juru bicara kementerian luar negeri Cina Jiang Yu menyambut kesepakatan tersebut sambil memaparkan kebijakan senjata nuklir negaranya. Yu mengatakan, Cina berpegang pada prinsip tidak akan menyerang terlebih dahulu dengan senjata nuklir, dalam situasi apa pun.

Pekan depan Amerika Serikat akan menjadi tuan rumah KTT keamanan nuklir di Washington. Disusul bulan Mei mendatang, diselenggarakan konferensi peninjauan kembali kesepakatan non proliferasi nuklir di New York.

Arno List / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Ging Ginanjar