1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS dan Korsel Gelar Latihan Tempur Udara Terbesar

4 Desember 2017

AS dan Korsel memulai latihan udara gabungan terbesar, beberapa hari setelah Korut meluncurkan rudal balistik terbarunya. Pyongyang menyebut latihan itu sebagai "provokasi habis-habisan".

https://p.dw.com/p/2ojNW
Südkorea und USA beginnen Luftwaffenübung
Foto: picture-alliance/AP Photo/Yonhap

Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan tempur udara selama lima hari, dengan mengerahkan ratusan pesawat jet tempur dan puluhan ribu serdadu. Inilah manuver udara gabungan terbesar dan tercanggih yang pernah dilaksanakan di kawasan.

AS mengirim beberapa aset militer terpentingnya, termasuk enam jet tempur siluman F-22 dan 18 pesawat serbu jenis F-35. Seluruhnya ada lebih 230 pesawat tempur yang terlibat. AS juga mengerahkan 12.000 personel militer angkatan udara dan angkatan laut dalam latihan perang udara itu.

Media Korea Selatan melaporkan, dua pembom jarak jauh B-1B juga bergabung dalam latihan perang itu, meskipun juru bicara Angkatan Udara AS tidak mengkonfirmasi laporan tersebut.

Jet tempur generasi baru AS, Raptor F-22 mengudara dari pangkalan udara militer Gwangju, Korea Selatan
Jet tempur generasi baru AS, Raptor F-22 mengudara dari pangkalan udara militer Gwangju, Korea Selatan Foto: picture-alliance/Yonhap

Teknologi militer Korea Utara membaik

Korea Utara minggu lalu melakukan lagi ujicoba rudal balistik generasi terbaru. Menurut pengamat, rudal terbaru ini dapat mengudara selama 50 menit, sebelum jatuh ke Laut Jepang. Setelah tes tersebut, Pyongyang menyatakan bahwa mereka kini mampu menembakkan hulu ledak nuklir  ke setiap lokasi di daratan AS pada setiap saat.

Pejabat militer AS meragukan klaim tersebut, namun mengakui bahwa tes terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam daya jangkau rudal. Namun disebutkan, tidak mudah bagi sebuah rudal yang membawa hulu ledak nuklir yang jauh lebih berat untuk menjangkau sasaran sejauh itu.

Senator dari partai Republik, Lindsey Graham, yang pengamat kebijakan luar negeri, memperingatkan pada hari Minggu, bahwa AS bisa bergerak mendekati "perang pre-emptive" dengan Pyongyang.

Graham mengatakan kepada stasiun penyiaran CBS, dia percaya inilah saatnya keluarga dari 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan untuk pergi.

Pemerintah AS belum mengumumkan keputusan resmi untuk mengevakuasi warganya dari semenanjung Korea.

Saling ancam

Sejak mengambil alih kekuasaan tahun 2011, Kim Jong Un berhasil mendorong program nuklir Korea Utara sehingga mencapai kemajuan teknik signifikan. Sejak beberapa bulan lalu, pimpinan Korut dan AS, Kim Jong Un dan Donald Trump terlibat perang kata-kata, saling gertak dan saling ancam.

Terutama di Asia muncul kekhawatiran, perang Korea yang pernah pecah antara tahun 1950-53, kini akan terjadi lagi dan menghancur luluhkan semenanjung itu.

Para penasehat militer AS sendiri mengakui, sulit mencegah serangan artileri dari Korea Utara ke ibukota Korea Selatan, Seoul, yang hanya berjarak 50 kilometer dari perbatasan. Konflik terbuka antara kedua negara Korea dipredisksi bisa menewaskan jutaan orang dalam waktu singkat.

hp/as (afp, dpa, rtr)