1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140911 Libyen USA

15 September 2011

Revolusi di Libya belum selesai, pendukung rejim lama masih melancarkan perlawanan di kota Bani Walid, Sabha dan Sirte. Namun era Gaddafi sudah berakhir. Kunjungan pejabat tinggi AS ke Tripoli menjadi salah satu simbol.

https://p.dw.com/p/12ZKb
Situasi di Tripoli setelah pertempuran yang menyebabkan Gaddafi angkat kaki, Agustus 2011.Foto: DW

Pemerintah AS siap untuk tetap ikut serta dalam misi militer NATO di Libya, selama hal itu dibutuhkan untuk perlindungan bagi rakyat sipil. Demikian disampaikan Utusan urusan Timur Tengah dari Menlu AS Hillary Clinton dalam kunjungan ke Tripoli.

 Jeffrey Feltman datang ke ibukota Libya untuk mendemonstrasikan dukungan bagi penguasa baru negara itu, Dewan Transisi Nasional, NTC. Ketua dewan, Mustafa Abdel Jalil, adalah salah seorang yang ditemui Feldman.

Amerika Optimis

"Pencapaian rakyat Libya merupakan  prestasi luar biasa, dan seperti dikatakan Presiden Obama, jelas bahwa rejim Gaddafi mendekati akhir dan masa depan Libya ada di tangan rakyat Libya", kata Feltman dalam bahasa Arab, di hadapan para jurnalis.

Amerika Serikat optimis menyangkut pembangunan Libya, kata Feltman, jika melihat bertambahnya kekuasaan Dewan Transisi terhadap polisi dan milisi. Bersamaan dengan itu ia mengakui bahwa hal ini merupakan tugas berat.

Arabische Liga USA Jeffrey D. Feltman Kairo
Jeffrey FeltmanFoto: picture alliance/dpa

Ditanya tentang kekuatan kelompok Islam di Libya, Feltman yang merupakan pakar Timur Tengah di Kementrian Luar Negeri AS menjawab, pemerintahnya tidak kuatir. Washington tidak percaya bahwa ada satu kelompok yang akan mendominasi Libya seusai revolusi yang merupakan perang bersama banyak kelompok.

Namun ia memperkirakan, kekuatan baru di Tripoli akan ikut waspada terhadap terorisme internasional.

Situasi Normal di Tripoli

Menurut Jeffrey Feltman, warga Libya kini melihat Muammar Gaddafi sebagai hal yang 'tidak relevan', sekalipun para pemimpin baru mereka paham bahwa Libya tidak akan sepenuhnya bebas sampai Gaddafi ditangkap. Asisten Mentri Luar Negeri AS urusan Timur tengah itu juga mengatakan, dalam kunjungan ke Tripoli ia menyaksikan suasana yang sungguh normal, dimana toko-toko buka dan arus lalu lintas mengalir.

Kunjungan Feltman, tiga pekan setelah kepergian Muammar Ghaddafi dan dua hari setelah kedatangan Ketua NTC Jalil di Tripoli, merupakan bukti resmi bahwa Washington mendukung kepemimpinan baru Libya. Pernyataan Feltman bahwa pemerintah AS akan secepat mungkin membuka kembali kedutaan besarnya di Libya, menekankan dukungan itu.

"Gaddafi Masih di Libya"

Gaddafi sendiri tidak lagi tampil di depan umum sejak Juni. Akan tetapi, juru bicaranya yang juga bersembunyi, Mussa Ibrahim, kembali berbicara lewat sambungan telepon, dengan kualitas buruk, kepada kantor berita Reuters.

Libyan Transitional National Council chairman Mustafa Abdel Jalil waves to Libyans as he delivers his speech in Martyr's Square in Tripoli, Libya, Monday, Sept. 12, 2011. The chief of Libya's former rebels arrived in Tripoli on Saturday, greeted by a boisterous red carpet ceremony meant to show he's taking charge of the interim government replacing the ousted regime of Moammar Gadhafi. (Foto:Francois Mori/AP/dapd)
Ketua NTC, Mustafa Abdel JalilFoto: dapd

Ia mengatakan, "Saudara pemimpin, Ghaddafi, dalam kondisi baik dan sehat, tentu saja ia masih berada di Libya. Pertempuan masih jauh dari akhir, seperti yang bisa dibayangkan oleh dunia internasional. Kami masih sangat berkuasa, tentara kami masih sangat kuat, kami punya ribuan orang yang memberi dukungan."

Kenyataannya, sejumlah kota memang masih diperebutkan. Sepekan setelah pertempuran hebat, para pejuang Dewan Transisi Nasional memohon kepada penduduk Bani Walid untuk meninggalkan kota itu, menjelang penyerbuan mereka ke dalam kota.

Björn Blaschke/ Renata Permadi

Editor: Marjory Linardy