1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apatisme Warnai Pemilihan Parlemen Mesir

28 November 2010

Lebih 40 juta warga Mesir berhak memberikan suaranya dalam pemilihan parlemen hari Minggu (28/11) ini. Diperebutkan 508 kursi dan untuk pertama kalinya, 64 kursi disediakan untuk perempuan. Namun apatisme meluas.

https://p.dw.com/p/QKSF
Foto: AP

Dua jam setelah pembukaannya di Mesir, sebagian besar lokasi pemungutan suara masih lengang. Di beberapa tempat bahkan terlihat lebih banyak jurnalis daripada pemilih. Minggu pagi (28/11) pasukan keamanan Mesir terlihat berjaga-jaga di jalanan. Dari sekitar 41 juta warga Mesir yang berhak memberikan suara, tampaknya banyak yang enggan memilih. Sementara Menteri Dalam Negeri Mesir telah menyatakan akan memukul keras pihak-pihak yang berusaha mengacaukan pemilihan ini.

Alasan untuk tidak memilih berbagai rupa, termasuk apatisme warga terhadap pemilu yang kerap diwarnai kekerasan dan bentrokan antara polisi serta demonstran. Kali inipun tak beda. Dalam sebuah kampanye menjelang pemilihan sekitar 1200 pendukung gerakan oposisi sempat diciduk oleh polisi. Mengemuka juga praktek-praktek intimidasi, Sementara pagi hari Minggu dilaporkan, putra seorang kandidat independen terbunuh dalam sebuah bentrokan kampanye di Kairo dan di Alexandria, kelompok-kelompok oposisi turun ke jalan.

Seorang pedagang asong memberikan alasan lain untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Menurut dia, anggota parlemen biasanya mengurusi kepentingannya sendiri. “Bila saya memilih, apa yang akan berubah?”, begitu tanyanya. Sementara seorang supir taksi mengatakan, bahwa ia akan memilih calon dari partai Wafd. Mustafa, supir yng berusia 30 tahun itu mengatakan, caleg Wafd itu kelihatan baik, dan ia memang hanya mau memilih seorang kandidat yang bukan dari partai NDP.

NDP atau Partai Nasional Demokrat adalah partai yang kini memerintah. Partai Presiden Mesir, Hosni Mubarrak ini diwakili 800 kandidat. Diperkirakan pemillihan parlemen kali ini juga akan dimenangkan oleh partai tersebut. Apalagi sejumlah pemimpin oposisi, seperti Mohammed el Baradei mantan direktur Badan International Energi Atom, IAEA telah menyerukan untuk memboikot pemilihan parlemen.

Namun tak semua oposisi memboikot pemilihan parlemen Mesir ini. Lebih 5000 kandidat mendaftarkan diri untuk mengisi 508 kursi dan 518 kursi di parlemen. 10 anggota parlemen akan ditunjuk langsung oleh Presiden Husni Mubarrak. Juga untuk pertama kalinya, 64 kursi disediakan khusus untuk perempuan.

Salah satu kelompok yang tidak memboikot pemilu adalah Ikhwanul Muslimin. Kelompok ini dilarang di Mesir, karenanya para anggotanya maju sebagai kandidat independen dan berharap bisa meraih lebih dari 30% kursi di parlemen. Pada tahun 2005, anggota Ikhwanul Muslimin de facto mengisi seperlima kursi parlemen.

Ägypten Wahlen Mohammed Saad el-Katatni muslimische Bruderschaft
Mohammed Saad el-Katatni, pemimpin Ikhwanul Muslimin ini cedera akibat serangan yang terjadi setelah ia menuduh pemerintah Mesir telah memanipulasi pemilihan parlemenFoto: AP

Di pihak lain pemerintah Mesir juga berusaha menghambat kampanye gerakan ini. Antara lain, dengan melarang penggunaan slogan-slogan keagamaan seperti yang seringkali digunakan gerakan Islam ini. Pekan inipun, 11 anggota Ikhwanul Muslimin dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena didapati membagikan selebaran dan berkampanye. Ikhwanul Muslimin diwakili 130 kandidat, diantaranya Mohamed al-Beltagy, seorang anggota parlemen yang populer karena memberikan layanan perawatan gratis di sebuah klinik kesehatan.

Hari Minggu, Muhamad al-Beltagy yang mencalonkan diri kembali mengatakan bahwa banyak pendukungnya yang tidak diperkenankan masuk ke TPS. Padahal menurut dia, seorang caleg NDP berada di dalam ruang bersama para pendukungnya untuk satu jam lebih. Begitu dilaporkannya kepada Komisi Pemilu di Mesir. Meski menilai tipis kemungkinannnya untuk dipenuhi, Al-Beltagy bermaksud mengajukan keluhan kepada para hakim untuk membekukan pemilihan di kawasan itu.

Kelompok-kelompok hak azasi manusia kini mendengungkan tudingan bahwa pemilu kali ini terkompromi dengan pembatasan dan penangkapan aktivis oposisi itu. Sementara di tingkat lokal, masyarakat sipil memrotes penolakan ribuan permohonan untuk memantau pemilu. Sebaliknya, meski Mesir memang melarang adanya pemantau asing, komisi pemilu mengatakan sudah mengeluarkan 6000 ijin monitor.

Pemilihan parlemen di Mesir menjadi perhatian internasional, karena tahun 2011 akan digelar pemilihan presiden. Belum dipastikan siapa yang akan dicalonkan partai pemerintah, NDP nanti. Namun dalam pemilihan parlemen ini, putra Presiden Husni Mubarrak, Gamal Mubarrak sudah terjun di kancah politik. Bagaimana hasil hitungan pertama yang diumumkan hari Senin (29/11), masih belum bisa dikatakan, karena pada hari Minggu (28/11), semua TPS dibuka hingga pukul 7 malam waktu setempat.

Edith Koesoemawiria/dpa/rtr/afp
Editor: Marjory Linardy