1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Posisi Dollar Terancam?

7 Oktober 2009

Disebutkan, terdapat pembicaraan rahasia antara Rusia, Cina, Brazil, dan Perancis untuk mengganti Dollar dari pasar perdagangan minyak. Apakah posisi Dollar benar-benar terancam?

https://p.dw.com/p/K1Du
Foto: ullstein bild - Schöning

Awalnya Rusia dan Cina yang melakukan tekanan. Musim panas lalu, mereka menuntut agar Dollar tidak lagi dipakai sebagai mata uang acuan perdagangan dunia. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy juga mengumandangkan hal senada. Kedigdayaan Dollar telah pudar, demikian dikatakan Sarkozy dan menuntut suatu tatanan baru mengenai sistem mata uang dunia.

Media Inggris melaporkan, negara-negara teluk diduga tidak lagi menggunakan mata uang Dollar dalam perdaganganya. Disebutkan, terdapat pembicaraan rahasia antara Rusia, Cina, Brazil dan Perancis untuk mengganti mata uang Dollar dalam perdagangan minyak.

Dora Borbely, pakar bahan mentah dari Bank DEKA, menjelaskan, "Kami melihat bahwa diskusinya selalu muncul jika Dollar melemah. Latar belakangnya sederhana, yaitu negara-negara pengekspor minyak seperti Rusia atau OPEC ingin menjual minyaknya, dan untuk itu mendapatkan Dollar, selanjutnya Dollar ini diinvestasikan dalam skala besar di Eropa dan Asia, bukan di Amerika Serikat. Daya beli dari pemasukan ini akan melemah seiring dengan melemahnya Dollar. Sejauh ini, diskusi mengenainya selalu muncul. Dalam jangka panjang, menurut saya, hal ini bukannya sesuatu yang tidak realistis. Namun dalam jangka pendek tidak akan terjadi sesuatu.”

Sebagai pengganti Dollar, negara-negara Arab memperkenalkan sebuah yayasan dana mata uang sebagai alat pembayaran. Dana mata uang tersebut dapat terdiri atas Yen Jepang, Yuan Cina, Euro dan emas. Isu tersebut memang telah dibantah, namun Stefan Schilbe yakin, bahwa sebenarnya posisi Dollar sedang terancam. Stefan Schilbe adalah direktur ekonomi Bank HSBC.

"Amerika pastinya punya masalah serius. Amerika sedang berjuang mengatasi krisis properti, utang menggunung dari rumah tangga pribadi, dan kenaikan drastis jumlah pengangguran hingga tingkat tertinggi sejak awal 80an. Dari sudut pandang ini, tentu juga harus menangani kebijakan fiskalnya. Pokoknya, harus dilancarkan paket konjungtur yang dapat didanai. Amerika Serikat harus menghadapi defisit anggaran yang cukup besar, lebih dari 10 persen produk nasional brutonya di tahun 2009. Itu tentu memicu ketakutan di kalangan investor bahwa defisit ini dalam jangka waktu tertentu tidak lagi dapat dibiayai," ujar Schilbe.

Jika Dollar kehilangan kekuataannya dalam krisis ekonomi, apakah Euro akan punya peranan baru?

"Euro setidaknya punya potensi untuk mendapatkan peranan baru. Karena kawasan perekonomian Eropa kuat dan memiliki nilai atau kontribusi penting bagi di dunia. Sejauh ini saya yakin, Euro dan perdagangan minyak mentah mungkin sebagiannya menggunakan Euro. Lebih dari itu, ini merupakan kesempatan bagi Eropa dan perekonomian Eropa untuk memapankan posisinya di dunia," jawab Borbely.

Sejauh ini, semuanya masih merupakan pembicaraan rahasia. Di balik pintu tertutup dipikirkan mengenai arsitektur keuangan yang baru. Tapi dengan melemahnya AS dan menguatnya adidaya ekonomi Asia dan kawasan Arab, semua itu dapat berubah dengan cepat.

Ulla Herrmann/Luky Setyarini

Editor: Agus Setiawan