1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa yang Kita Ketahui tentang 'Balon Mata-mata' Cina?

6 Februari 2023

Setelah "balon mata-mata" Cina terlihat di atas Amerika Serikat, sebuah balon udara lainnya terlihat di atas Amerika Latin. DW merangkum apa yang diketahui tentang balon udara tersebut sejauh ini.

https://p.dw.com/p/4N8Iq
Balon udara yang dicurigai sebagai 'balon mata-mata' milik Cina di AS.
Foto: Chase Doak/REUTERS

Cina bersikeras bahwa balon yang terlihat di atas langit Amerika Serikat adalah perangkat sipil salah arah, dengan kemampuan "pengendalian mandiri" yang terbatas. Balon udara itu dilaporkan digunakan untuk survei meteorologi, namun tiupan angin telah membuatnya keluar jalur.

Namun, Amerika Serikat mengatakan bahwa tidak diragukan lagi itu adalah balon mata-mata Cina dengan ukuran sebesar kira-kira 3  bus. Menurut Pentagon, balon tersebut membawa sensor dan peralatan pengawasan, dapat bermanuver, dan sudah menunjukkan bahwa balon tersebut dapat mengubah arah.

Sampai laporan ini diterbitkan, tidak ada informasi tambahan yang dipublikasikan mengenai apakah balon yang terlihat di atas Amerika Latin berbeda dengan balon yang terlihat di Amerika Utara. Pentagon pada awalnya tidak memberikan informasi tentang lokasi pasti balon kedua.

Pakar keamanan internasional Ian Chong mengatakan kepada DW bahwa meskipun tidak banyak yang diketahui tentang balon-balon tersebut, balon-balon itu dapat digunakan untuk mengumpulkan berbagai data.

"Balon-balon udara ini secara umum memiliki berbagai fungsi. Mereka bisa melakukan apa saja, mulai dari pencitraan, mengumpulkan sampel dari udara, hingga mengumpulkan sinyal intelijen," kata Chong, seraya menambahkan bahwa masih belum ada informasi yang cukup untuk menentukan tujuan pastinya.

Pentagon: Bukan ancaman militer atau fisik

Balon pertama bergerak ke arah timur di atas AS pada ketinggian sekitar 18.600 meter atau 60.000 kaki. Balon ini telah berkeliaran di atas area sensitif di negara bagian barat laut Montana di mana hulu ledak nuklir disimpan, dan juru bicara Pentagon mengatakan bahwa balon ini dapat tetap berada di atas AS selama "beberapa hari."

Para pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden telah mengetahui adanya balon pertama bahkan sebelum balon tersebut melintasi wilayah udara AS di Alaska pada awal pekan ini. Dalam pernyataan publik pertama pada Kamis (2/2) malam, sekretaris pers Pentagon Brigjen Pat Ryder mengatakan bahwa balon tersebut bukanlah ancaman militer atau fisik. Pernyataan ini menyiratkan bahwa balon tersebut tidak membawa senjata.

Dia juga menambahkan bahwa "begitu balon itu terdeteksi, pemerintah AS segera bertindak untuk melindungi dari pengumpulan informasi sensitif.

Menurut para pejabat AS, Presiden Joe Biden pada awalnya ingin segera menembak jatuh balon tersebut, namun para pemimpin tertinggi Pentagon menyarankan Biden untuk tidak melakukan hal itu jika berisiko terhadap keselamatan orang-orang di darat. Itu alasannya mengapa balon itu kemudian ditembak dengan rudal dari pesawat trmpur di atas lautan.

Bagaimana balon udara mempengaruhi hubungan AS dan Cina?

Balon udara tersebut telah mendorong Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk menunda perjalanannya ke Beijing. Kunjungan tersebut akan dijadwalkan ulang setelah keadaan memungkinkan, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat (3/2).

Sebelumnya, Blinken menyebut tindakan Cina "tidak bertanggung jawab" dan "tidak dapat diterima". Ia mengatakan bahwa dunia mengharapkan AS dan Cina untuk mengelola hubungan mereka secara bertanggung jawab. AS melakukannya dan mengharapkan hal yang sama dari Cina, kata Blinken.

Pada hari Sabtu (4/2), Kementerian Luar Negeri Cina mengklaim bahwa "Cina... tidak pernah melanggar wilayah dan wilayah udara negara berdaulat mana pun," dan menambahkan bahwa "beberapa politisi dan media di Amerika Serikat menggunakan insiden tersebut sebagai dalih untuk menyerang dan mencemarkan nama baik Cina."

Kedua negara menyatakan kan terus mempertahankan saluran komunikasi yang terbuka.

Wen-Ti Sung, seorang ilmuwan politik di Australian National University, mengatakan kepada DW bahwa insiden tersebut menunjukkan "betapa goyahnya" hubungan antara Cina dan AS.

"Jika insiden yang relatif kecil seperti itu dapat menggagalkan kunjungan yang telah lama dinanti-nantikan pada tingkat ini, hal itu menunjukkan bahwa mereka masih merasa sulit untuk mempercayai satu sama lain sebagai mitra jangka panjang yang dapat diandalkan," katanya.

Ia menambahkan bahwa Cina juga perlu mencari cara untuk memperbaiki hubungan dengan anggota parlemen AS, karena pernyataan Departemen Luar Negeri AS mencatat bahwa penundaan kunjungan Blinken diputuskan setelah konsultasi dengan Kongres.

"Ini menandakan alasan utama di balik keputusan AS untuk menunda perjalanan tersebut berkaitan dengan tekanan Kongres," katanya, dengan mencatat bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden kemungkinan akan menghadapi kritik dari anggota parlemen dari Partai Republik.

bh/ptp/hp (AP, AFP, dpa)