1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa Saja Agenda KTT Iklim COP28 Tahun ini?

27 November 2023

Setelah mencatatkan rekor panas dan kekeringan, KTT iklim PBB tahun ini akan membahas ragam isu kontroversial, terutama pembiayaan transisi energi di negara berkembang. Tema apa lagi yang menjadi agenda utama?

https://p.dw.com/p/4ZTqu
KTT Iklim COP28 di Dubai
Ilustrasi KTT Iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat ArabFoto: Sascha Schuermann/Getty Images

Catatan kemajuan solusi iklim

Agenda besar COP28 akan diawali dengan catatan rapor kemajuan setiap negara dalam memenuhi Perjanjian Paris 2015. Tujuannya adalah membatasi pelepasan emisi untuk mencegah kenaikan rata-rata suhu global di atas 1,5 derajat Celcius.

Proses "inventarisasi global" diperlukan untuk mengetahui sejauh mana dunia telah mengurangi emisi gas rumah kaca atau berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan.

Bisa dipastikan, perundingan COP28 akan diwarnai oleh perselisihan soal nilai kontribusi negara-negara industri maju yang notabene bertanggung jawab atas pemanasan global saat ini. Dalam pertemuan di Dubai itu, negara-negara di dunia diharapkan akan memperbarui sasaran pengurangan emisi pada 2025.

Masa depan bahan bakar fosil

Negosiasi paling alot selama COP28 diyakini akan muncul seputar masa depan bahan bakar fosil. Dipertanyakan, kapan negara-negara di dunia akan mempercepat penghapusan teknologi batu bara, minyak dan gas secara berkala.

Pada COP26, negara peserta sepakat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, tapi tidak menghapusnya secara keseluruhan. Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara-negara yang rentan bencana iklim, telah mendesakkan penghapusan energi padat emisi. Namun kesepakatan batal tercapai karena perselisihan di antara negara-negara G20, terutama karena Rusia, Cina, India dan Indonesia yang masih banyak bergantung kepada batu bara.

Presiden COP28 di Uni Emirat Arab, Sultan al-Jaber, sebenarnya telah mengatakan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil adalah hal yang "tidak bisa dihindari." Namun pernyataan tersebut masih harus dibuktikan, terutama apakah UEA mampu melobi negara-negara kaya minyak lain untuk mengadopsi strategi pengurangan emisi.

Pemilihan al-Jaber sebagai presiden COP28 sendiri sempat mendulang kontroversi karena dia merangkap jabatan sebagai direktur perusahaan minyak dan gas negara, ADNOC.

Teknologi penyimpanan emisi

UEA dan negara-negara lain yang bergantung pada bahan bakar fosil ingin mendorong COP28 agar menjajaki penggunaan teknologi baru untuk menangkap dan menyimpan emisi gas rumah kaca di bawah tanah.

Badan Energi Internasional, IEA, mengatakan, kendati penting untuk mencapai tujuan iklim, teknologi pengurangan emisi masih sangat mahal dan belum bisa digunakan dalam skala besar. Terutama, UE dan negara-negara lain khawatir, teknologi ini bisa mendorong negara-negara pendosa iklim untuk lalai mendorong dekarbonisasi.

Pembiayaan solusi iklim

Mengatasi perubahan iklim dan dampaknya memerlukan jumlah investasi yang jauh lebih besar ketimbang yang sejauh ini sudah dianggarkan. Menurut PBB, negara-negara berkembang masing-masing membutuhkan setidaknya USD 200 miliar hingga tahun 2030 untuk beradaptasi terhadap dampak krisis iklim, seperti kenaikan muka laut atau bencana cuaca ekstrem.

COP28 juga akan membahas biaya "ganti rugi atas kerusakan" yang ditimbulkan oleh bencana iklim. Besaran dana tersebut diminta berkisar minimal USD 100 miliar pada tahun 2030.

Biaya iklim yang tinggi merupakan salah satu hambatan terbesar KTT Iklim di UEA. Negara-negara yang rentan menuntut negara kaya agar menjamin dana bantuan adaptasi yang lebih besar.

Uni Eropa dan AS sejauh ini telah berkomitmen menyediakan dana tersebut, namun juga ingin melibatkan perusahaan swasta dalam skema solusi iklim.

rzn/hp (Reuters)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.