1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa itu Peluru Kendali Hipersonik?

24 Maret 2022

Rusia menembakkan peluru kendali hipersonik dalam perang di Ukraina. Senjata ini melesat melebihi Mach 5 dan bisa menghindar dari intersepsi radar lebih lama dibanding rudal balistik konvensional.

https://p.dw.com/p/48uNY
Rudal hipersonik Kinzhal yang dipasang di bawah jet tempur Rusia
Rudal hipersonik Kinzhal yang dipasang di bawah jet tempur RusiaFoto: Russian Defense Ministry Press Service/AP/picture alliance

Video sebuah gudang senjata di bunker bawah tanah di desa Deliatyn, 100 kilometer dari perbatasan Ukraina ke Romania yang dihantam peluru kendali Kinzhal, dengan cepat viral mendunia.

Rusia untuk pertama kalinya mengerahkan peluru kendali hipersonik dalam perang di Ukraina. Rudal Kinzhal terbukti bisa menembus bunker bawah tanah gudang senjata Ukraina itu dan menghancurkannya. Mata dunia melihat dengan jelas kedahsyatan misil hipersonik buatan Rusia.

Berbeda dengan misil balistik konvensional, rudal hipersonik memiliki kecepatan hiper tinggi dan jauh lebih sulit ditangkal oleh sistem pertahanan peluru kendali biasa.

Rusia Uji Coba Rudal Hipersonik Kinzhal

Secepat apa misil hipersonik?

Peluru kendali hipersonik disebut bisa melesat lima sampai 10 kali lipat dari kecepatan suara. Dalam bahasa teknisnya disebut Mach 5 hingga Mach 10. Sejauh ini tidak ada definisi tetap berapa kecepatan suara, karena itu tergantung beberapa variabel, misalnya medium yang dilalui dan temperaturnya.

Namun sebagai perbandingan, pesawat terbang supersonik Concorde melesat dengan kecepatan 2.180 km/jam atau sekitar Mach 2. Jadi bisa dikira-kira kecepatan peluru kendali hipersonik antara 6.000 hingga 10.000 km/jam. Peluru kendali yang ditembakkan ke desa Deliatyn dalam perang di Ukraina adalah "Kinzhal" atau belati, yang panjangnya sekitar 8 meter.

"Saking cepatnya misil ini, tekanan udara di depan rudal membentuk awan plasma saat meluncur, yang menyerap gelombang radio,” ujar seorang pakar senjata di situs Military.com.

Faktor-faktor inilah yang membuat Kinzhal atau rudal hipersonik lainnya sangat sulit dilacak oleh radar sistem pertahanan.

Infografis rudal hipersonik
Infografis rudal hipersonik

Trayektori lintasan rendah

Juga lintasan trayektorinya yang relatif rendah dibanding rudal konvensional, makin menyulitkan pelacakan radar pertahanan.

Lintasannya disebut trayektori balistik pada atmosfer rendah. Dengan begitu, saat sistem pertahanan rudal berbasis radar berhasil melacaknya, rudal ini sudah sangat dekat ke target serangan dan sangat terlambat untuk mencegat atau menangkal serangan.

Keunggulan lainnya dari rudal hipersonik adalah kemampuan untuk mengubah arah di tengah-tengah lintasan tembakan.

Bagaimana daya jelajahnya?

Peluru kendali hipersonik bisa ditembakkan dari berbagai matra, baik dari udara, laut, atau darat. Artinya, rudal hipersonik bisa ditembakkan dari peluncur mobil di darat, kapal induk atau kapal selam di laut dan tentu saja dari udara. Rudal Kinzhal yang ditembakkan Rusia ke Ukraina diperkirakan diluncurkan dari jet tempur MiG-31.

Rudal tipe Kinzhal bisa mencapai target pada jarak hingga 2.000 kilometer. Rusia juga memiliki rudal hipersonik tipe lainnya, seperti Zircon yang disebut mampu meluncur pada kecepatan Mach 7 hingga jarak 1.500 kilometer, dan bisa dipasangi hulu ledak nuklir. Selain itu, ada Avangard yang punya daya jelajah hingga 4.000 kilometer.

Jika secara strategis, Rusia menempatkan sistem pertahanan rudal hipersoniknya di Kaliningrad, kawasannya yang berbatasan langsung dengan Polandia, Lituania, dan laut Baltik, praktis semua ibu kota Eropa berada dalam jangkauan serangan. Sebagai gambaran, lintasan udara ke ibu kota Jerman, Berlin, dari kawasan Rusia itu jaraknya hanya sekitar 600 kilometer.

Selain Rusia, negara-negara lain yang mengklaim telah memiliki rudal hipersonik antara lain Amerika Serikat dengan rudal HAWC yang mampu mencapai Mach 5. Cina mengembangkan rudal hipersonik Dong Feng-17 yang disebut punya daya jelajah lebih 1.000 kilometer. Juga negara komunis Korea Utara belum lama ini menguji coba rudal hipersonik Hwasong-8 yang diklaim mampu mencapai kecepatan hingga Mach 10.

(as/ha)

 

Carla Bleiker
Carla Bleiker Editor, channel manager, dan reporter yang berfokus pada politik AS dan sains@cbleiker