1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikTimur Tengah

Apa Implikasi Gencatan Senjata bagi Jalur Gaza?

24 November 2023

Perjanjian gencatan senjata sementara untuk memfasilitasi pertukaran tahanan dan sandera antara Hamas dan Israel memberi secercah harapan bagi keluarga di kampung halaman dan warga sipil di Jalur Gaza.

https://p.dw.com/p/4ZOmW
Perbatasan Rafah di Jalur Gaza
Truk bantuan mulai memasuki Gaza di hari pertama gencatan senjataFoto: Said Khatib/AFP

Setelah mengalami hambatan pada menit-menit terakhir, gencatan senjata mulai berlaku pada hari Jumat (24/11), sehari lebih lambat dari rencana semula. Berdasarkan ketentuannya, Israel dan Hamas setuju menghentikan pertempuran selama empat hari untuk mewadahi pertukaran tahanan dan sandera.

Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, AS, dan Mesir itu diumumkan pada hari Kamis (23/11) kemarin, setelah melalui negosiasi selama beberapa pekan.

Pengungsi Palestina di Khan Younis
Ribuan warga di Khan Younis pulang dari pengungsian untuk memeriksa rumah masing-masing.Foto: Mustafa Hassona/Anadolu/picture alliance

Apa isi perjanjian?

Qatar mengumumkan, sebanyak 50 sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan 150 tahanan Palestina. Kedua pihak menyepakati, prioritas pembebasan diberikan kepada perempuan dan anak-anak di bawah umur.

Rencananya, para sandera akan dibebaskan secara sporadis selama gencatan senjata. Hanya jika Hamas membebaskan kelompok pertama, maka Israel akan melepaskan tahanan Palestina.

Kebanyakan tahanan Palestina adalah bocah dan remaja perempuan atau laki-laki yang ditahan selama demonstrasi massal di Tepi Barat antara 2022 dan 2023. Kebanyakan didakwa dengan delik ringan, yakni melempar batu atau mengganggu ketertiban umum, menurut Kementerian Kehakiman Israel.

Saat ini, Israel menahan sekitar 7.000 warga Palestina karena pelanggaran aturan keamanan. Israel mengatakan, gencatan senjata selanjutnya akan diperpanjang selama sehari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan Hamas.

Pengiriman bantuan kemanusiaan dan bahan bakar juga dibebaskan, menurut pemerintah Qatar. Hamas mengumumkan, ratusan truk bahan bantuan akan diizinkan masuk ke Gaza, setiap hari selama gencatan senjata. Pasokan suplai juga akan dijamin untuk wilayah utara yang diduduki Israel.

Hamas juga mengklaim Israel akan berhenti menerbangkan jet tempur dan drone-nya di wilayah selatan dan cuma akan terbang selama enam jam sehari di utara selama gencatan senjata. Klaim itu sejauh ini belum dikonfirmasi oleh pemerintah Israel.

Warga Sipil Melarikan Diri dari Gempuran Israel

Implikasi terhadap konflik

Pertempuran diperkirakan akan terus berlanjut setelah gencatan senjata berakhir. Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata akan memungkinkan militer untuk mempersiapkan fase perang selanjutnya, dan berjanji tidak akan mempengaruhi tekad pemerintah memusnahkan Hamas.

Kemungkinan besar, perang kembali diawali dengan serangan udara dan dengan invasi darat di utara. Namun tidak tertutup kemungkinan, serangan Israel juga akan membidik wilayah Selatan, yang berpotensi menyebabkan lebih banyak korban jiwa dari warga sipil.

Di lain sisi, jeda pertempuran dianggap memungkinkan Hamas melakukan rotasi dan pengaturan ulang kekuatan tempurnya.

Israel mengklaim telah membunuh sejumlah besar gerilyawan dan menghancurkan sebagian besar aset militer Hamas di utara.

Yehya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza dan diduga sebagai dalang serangan teror 7 Oktober lalu, diyakini sedang berupaya memperpanjang jeda pertempuran melebihi empat hari yang disepakati. Hamas menawarkan akan membebaskan lebih banyak sandera dengan imbalan waktu.

Diharapkan, gencatan senjata yang terlalu lama akan menyulitkan Israel untuk menghidupkan kembali mesin perang, terlebih di tengah sorotan publik internasional. Namun opsi tersebut bukan pilihan bagi pemerintah Israel yang menghadapi tekanan dari keluarga sandera.

rzn/hp (Associated Press)