1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Antisipasi Krisis Pangan Politik Pertanian Dunia Harus Diubah

as14 April 2008

Politik pertanian dunia perlu dipikirkan kembali. Juga produksi bahan bakar bio harus diusahakan tidak dari produk pertanian yang merupakan bahan pangan bagi manusia.

https://p.dw.com/p/DhRN
Warga Bangladesh antri membeli beras murah yang disubsidi oleh pemerintah.Foto: AP

Kenaikan drastis harga bahan pangan dan produk pertanian lainnya, menjadi sorotan tajam sejumlah harian internasional.


Harian liberal kiri Perancis Liberation yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar :


Menimbang naiknya permintaan bahan pangan, serta kerusuhan yang dipicu kelaparan, kita harus meningkatkan produksi secara cepat dengan metode yang lebih murah. Tapi di sinilah letak dilemanya. Di satu sisi muncul pemikiran, kita harus kembali ke sistem pertanian intensif, dengan penggunaan teknologi terbaru dan tanaman yang direkayasa secara genetika. Namun di sisi lainnya, juga terdapat desakan bagi pertanian yang lebih ramah dengan lingkungan. Jawaban dari permasalahan, boleh jadi metode diantara kedua ekstrim tsb. Tapi rakyat yang kelaparan di negara-negara miskin tidak bisa menunggu terlalu lama.


Sementara harian Belanda Trouw mengkaitkan kenaikan harga bahan pangan dengan produksi bahan bakar bio. Harian yang terbit di Den Haag ini berkomentar :


Direktur Bank Dunia, Robert Zoellick menyebutkan perkembangan situasi saat ini amat mengerikan. Ketika warga di negara maju mengkhawatirkan kenaikan harga bahan bakar bio untuk mengisi tangki mobilnya, warga di sebagian besar belahan Bumi harus bersusah payah mencari pengisi perutnya. Bahan bakar bio merupakan salah satu penyebab dari kenaikan harga bahan pangan. Sejauh ini, bahan bakar bio biasanya diproduksi dari bahan dasar, yang juga merupakan bahan makanan manusia. Kini bio-diesel atau bio-alkohol harus dibuat dari tumbuhan yang bukan tanaman pangan. Untuk itu diperlukan dukungan dari negara industri maju bagi ekonomi bahan pangan di negara berkembang.


Juga harian Jerman Frankfurter Rundschau yang terbit di Frankfurt am Main mengomentari politik bahan bakar bio dengan ancaman kelaparan global saat ini.


Bencana kelaparan sedunia, tidak cocok dengan gambaran globalisasi, yang disebutkan membuka peluang pasar seluas-luasnya. Kelaparan yang melanda kalangan terbawah dari lapisan masyarakat yang jumlahnya satu milyar, bukan sesuatu yang dapat diabaikan. Sebab, apa yang melanda mereka, juga akan menimpa kita di negara maju. Bukan hanya berupa dampak naiknya harga-harga. Yang diperlukan adalah perubahan radikal secepatnya. Tapi hal itu juga ibaratnya hanya harapan akan munculnya keajaiban. Kini yang ditunggu adalah kesepakatan untuk membekukan politik bahan bakar bio secara global.


Terakhir harian Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar :


Menimbang gambar-gambar terbaru dari Haiti, Mesir, Kamerun atau Indonesia, tidak berlebihan jika direktur Dana Moneter Internasional-Dominique Strauss-Kahn memperingatkan akan konsekuensi mengerikan yang akan muncul. Satu milyar orang yang kelaparan, akan membahayakan ekonomi global dan pada akhirnya mengancam demokrasi. Jika negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara tidak menghendaki, kemakmuran dan keamanan di negaranya terganggu oleh dampak bencana kelaparan global, mereka harus segera bertindak. Amat fatal, jika terlalu lama menunggu program memerangi kelaparan, seperti halnya politik mengulur waktu dalam perang melawan perubahan iklim global.