1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Amerika Serikat Jatuh Bangkrut?

15 Juli 2011

Akankah Partai Republik AS dituduh sebagai penyebab kebangkrutan negara? Bagaimana peranan Jerman dalam penyelamatan ekonomi zona Euro?

https://p.dw.com/p/11wJH
mata uang Euro dan Dollar AS
mata uang Euro dan Dollar ASFoto: picture alliance / dpa

Harian Austria Salzburger Nachrichten menyoroti krisis utang di Amerika Serikat. Lebih lanjut surat kabar terbitan Wina itu menulis:

"Tanggung jawab situasi pelik ini berada di bahu Partai Republik. Digerakkan dari energi pendatang baru gerakan Tea Party yang dengan suara keras menyeret pemimpinnya ke suatu pertempuran, yang membuat mereka hanya bisa menjadi pecundang. Seruan mereka untuk 'jangan ada pajak baru' ditinjau dari latar belakang beban berat utang negara adidaya itu terlihat seperti ilusi, begitu juga ancaman kebangkrutan negara adalah tindakan tidak bertanggung jawab. Jika setelah 3 Agustus pembayaran dana pensiun benar-benar akan gagal, maka mereka yang terkena dampaknya akan menuding siapa yang bertanggung jawab, yaitu Partai Republik. Hitung mundur menuju hari-hari kebangkrutan membawa Presiden Barack Obama ke posisi politis yang lebih kuat."

Surat kabar Inggris berhaluan konservatif The Times juga mengomentari krisis anggaran Amerika Serikat:

"Kini terdapat ancaman nyata, bahwa barikade politis di Washington bisa mengakibatkan krisis keuangan baru. Jika lembaga pemeringkat Moody's ingin menurunkan ranking kredit Amerika Serikat, maka suku bunga di pasaran segera melejit dan membuat semakin mahalnya penerimaan kredit AS. Kenaikan suku bunga juga akan membawa kehancuran bursa dunia. Neraca perbankan dan institusi keuangan lainnya, yang sebagian besarnya menanggung utang negara AS, juga akan terbebani. Semua ini merupakan hal terakhir yang dibutuhkan ekonomi global, pada masa pertumbuhan lemah ekonomi Amerika Serikat dan krisis utang zona Euro. Taruhannya besar. Pemerintah di Amerika Serikat tidak hanya mengancam pemulihan global, tapi juga standar hidup warganya sendiri."

Sementara itu harian Spanyol El Pais menyoroti sengketa antara negara zona Euro mengenai paket baru penyelamatan ekonomi Yunani. Surat kabar berhaluan kiri liberal itu menulis:

"Jerman menolak pertemuan puncak khusus kelompok zona Euro, yang bisa membawa keteraturan ke dalam kekacauan utang negara-negara anggotanya. Angela Merkel dan negara satelitnya (Belanda dan Austria) lebih suka beraliansi dalam Liga Hanseatik daripada punya mata uang bersama dengan Spanyol, Portugal, dan Yunani. Kanselir Jerman dan pasukan gerakan perlawanannya tampak tidak menyadari bahwa Yunani tidak bisa tetap berada dalam situasi tak menentu selama berbulan-bulan. Pasar tidak menerima situasi tak menentu ini. Masa depan Yunani berada di bawah bayang-bayang gelap, Irlandia dan Portugal terseret ke dalam masalah, Spanyol dan Italia kehilangan pertumbuhan ekonominya. Rabun dekat Berlin mengorbankan banyak uang di Madrid dan Roma serta lapangan kerja."

Koran Belanda De Volkskrant masih menyoroti skandal konglomerat media Rupert Murdoch. Harian terbitan Amsterdam itu menulis:

"Ironisnya Murdoch menjadi korban sejenis skandal, yang sering sekali diungkap korannya. Gelembung spontan kemarahan rakyat, yang tidak bisa lagi diabaikan elite politik. Jadi kekalahan Murdoch pas sekali ditampilkan dalam koran kuning. Kemuakan mereka yang disebut 'rakyat' tentunya tidak tertahankan lagi. Setelah kematian Putri Diana tahun 1997, kemarahan itu tertuju pada paparazzi dan koran kuning. Namun kemudian kelihatan cepat bahwa l rasa lapar terhadap gosip mengenai perilaku menyimpang seksual kaum kaya dan terkenal lebih kuat daripada pertimbangan etika."