1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akun Komik Muslim Gay Alpantuni Kembali Online

19 Februari 2019

Akun komik muslim gay alpantuni kembali online setelah sempat menghilang menyusul kontroversi yang dipicu Kementerian Komunikasi dan Informatika. Instagram sebelumnya menolak permintaan Indonesia memblokir akun tersebut.

https://p.dw.com/p/3Dd3y
Facebook Instagram
Foto: picture alliance/AP Images

Persekusi Kemkominfo terhadap akun komik muslim gay Alpantuni urung membuahkan hasil. Kini akun yang sempat menghilang itu kembali online di Instagram, lengkap dengan lebih dari 6.000 pengikutnya.

Instagram sebelumnya menolak permintaan pemblokiran lantaran menilai akun tersebut tidak melanggar ketentuan perusahaan. Menurut jurubicara Instagram Asia Pasifik, Cing Yee Wong, hilangnya akun alpantuni bisa jadi disebabkan oleh keputusan pemilik untuk menonaktifkan akunnya sendiri.

Kontroversi seputar alpantuni berawal ketika Kemkominfo mengirimkan surat ke Instagram awal Februari untuk meminta pemblokiran akun lantaran dinilai mengandung pornografi dan melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik. Kemkominfo bahkan sempat mengimbau warganet untuk ramai-ramai melaporkan akun tersebut kepada Instagram.

Padahal di dalam komik tersebut alpantuni menggoretkan cerita ringan mengenai pergulatan seorang muslim gay yang hidup di tengah persekusi dan diskriminasi.

"Hai namaku Alpantuni," tutur tokoh di dalam komik seperti yang diunggah di Instagram. "Keluargaku sangat religius. Tapi aku punya rahasia." Komik alpantuni juga terlihat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Italia.

Baca juga: Ditekan Pemerintah, Instagram Tolak Blokir Akun Alpantuni

Dalam salah satu unggahannya alpantuni berkisah mengenai Fazli yang jatuh hati pada seorang pria yang cerdas dan rajin beribadah.

"Tapi dia 'normal', mustahil dia mau sama aku," tutur tokoh utama cerita di akhir komik.

Pada kisah lain dia menceritakan pergulatan batin tokoh utama yang merasa harus berbohong selama hidupnya, termasuk ketika sudah menikahi seorang perempuan. "Aku perlu berpura-pura agar hidupku aman," tulisnya.

Namun demikian alpantuni tidak hanya melulu seputar kehidupan seorang muslim gay, tetapi juga menampilkan kritik sosial terhadap maraknya radikalisme di kalangan kaum muslim. Cerita yang diberi judul "mahluk sok suci" misalnya menggugat sikap anti-kritik kaum ultra konservatif.

"Akun ini menjelaskan secara umum masalah yang dihadapi seorang gay di Indonesia," kata aktivis Hak asasi Manusia, Andreas Harsono, pekan lalu ketika kontroversi alpantuni pertamakali menjadi bahan pembicaraan. "Bukan rahasia lagi bahwa banyak individu LGBT yang ditangkap, rumahnya digrebek dan dijebloskan ke penjara," imbuhnya.

Belum jelas langkah apa yang akan diambil oleh Kemnterian Komunikasi dan Informatika terkait kembalinya akun alpantuni. DW Indonesia sudah berusaha menghubungi Menkominfo Rudiantara, namun belum mendapat balasan. Padahal pihak kementerian sempat mengancam akan bekerjasama dengan kepolisian buat menindak pemilik akun.

 rzn/ap (dari berbagai sumber)