1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Protes "Anti Hijab“ Meluas di Iran, Internet Diblokir

22 September 2022

Media Iran dan kelompok hak asasi melaporkan jumlah korban tewas meningkat dalam aksi protes di lebih 50 kota. Aksi protes meluas setelah seorang pemrotes perempuan meninggal di tahanan polisi.

https://p.dw.com/p/4HBEk
Aktivis Lebanon gelar aksi solidaritas di Beirut atas kematian Mahsa Amini
Aktivis Lebanon gelar aksi solidaritas di Beirut atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi di IranFoto: Bilal Hussein/AP/picture alliance

Media Iran dan seorang jaksa setempat mengatakan empat orang tewas dalam dua hari terakhir, sehingga jumlah korban tewas menurut sumber resmi menjadi delapan, termasuk seorang anggota polisi dan seorang anggota milisi pro-pemerintah. Demonstrasi meluas setelah kematian Mahsa Amini, 22 tahun, dalam tahanan pekan lalu. Dia adalah warga Kurdi-Iran dan ditangkap di polisi Teheran karena "pakaian yang tidak sesuai".

Aksi Protes yang awalnya terkonsentrasi di wilayah barat laut yang berpenduduk Kurdi kini menyebar ke setidaknya 50 kota besar dan kecil di seluruh negeri. Ini adalah aksi protes yang terbesar sejak gelombang demonstrasi pada 2019 terkait kenaikan harga bensin.

Laporan dari kelompok hak asasi Kurdi Hengaw, yang diterima kantor berita Reuters namun tidak dapat diverifikasi, mengatakan 10 pengunjuk rasa telah tewas. Tiga orang tewas pada Rabu (21/9), menambah tujuh orang yang menurut kelompok itu dibunuh oleh pasukan keamanan.

Aksi protes atas kematian Mahsa Amini di depan Konjen Iran di Fraknfurt, Jerman
Aksi protes atas kematian Mahsa Amini di depan Konjen Iran di Fraknfurt, JermanFoto: Boris Roessler/picture alliance/dpa

Akses internet dibatasi

Para pejabat Iran membantah bahwa pasukan keamanan telah membunuh para pengunjuk rasa, sebaliknya mengatakan bahwa mereka mungkin telah ditembak oleh para pembangkang bersenjata. Pihak berwenang kini memblokir akses ke internet, menurut keterangan Hengaw, penduduk Iran, dan pengamat pemblokiran internet NetBlocks.

Aktivis menyatakan keprihatinan bahwa pemblokiran internet biasanya mendahului langkah keras pemerintah membungkam protes, seperti pada gelombang protes harga bahan bakar tahun 2019, ketika sekitar 1.500 orang dilaporkan tewas.

NetBlocks dan penduduk mengatakan akses internet telah dibatasi ke Instagram, satu-satunya platform media sosial yang biasanya diizinkan di Iran dan memiliki jutaan pengguna. Beberapa jaringan telepon seluler juga telah ditutup.

"Iran sekarang berada di bawah pembatasan internet paling parah sejak pembantaian November 2019," kata NetBlocks. Kelompok hak asasi Hengaw mengatakan, akses ke internet telah terputus di provinsi Kurdistan.

Aksi protes di jalanan Teheran setelah kematian Mahsa Amini
Aksi protes di jalanan Teheran setelah kematian Mahsa AminiFoto: Anadolu Agency/picture alliance

Perempuan protes dengan bakar kerudung dan potong rambut

Kematian Mahsa Amini memicu kemarahan dan aksi protes luas menentang penindasan hak-hak warga dan kebebasan beprendapat dan masalah ekonomi. Perempuan telah memainkan peran penting dalam aksi protes, mereka kelihatan membakar kerudung mereka, dengan beberapa memotong rambut mereka di depan umum.

Mahsa Amini mengalami koma saat ditahan oleh polisi moral, yang menegakkan aturan ketat di Iran yang mengharuskan perempuan memakai hijab dan mengenakan "pakaian sesuai“ di depan umum.

Seorang pembantu utama Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan belasungkawa kepada keluarga Amini minggu ini dan berjanji untuk menindaklanjuti kasus itu.

Aktivis mengatakan mereka khawatir tindakan keras aparat keamanan akan segera ditingkatkan. "Kami khawatir dunia akan melupakan Iran, segera setelah rezim menutup internet - itu sudah terjadi," kata seorang aktivis kepada kantor berita Reuters.

Kantor berita Fars, yang dekat dengan elit Garda Revolusi Iran, memuat video yang menuduh para pengunjuk rasa membakar sebuah masjid, dan bus, menyerang sebuah bank dan membuka paksa cadar seorang perempuan. Tuduhan semacam itu dulu biasanya diarahkan kepada para pemrotes sebelum penindakan keras.

Video-video yang sempat dibagikan di media sosial menunjukkan sebagian demonstran merusak simbol Republik Islam dan bentrok dengan pasukan keamanan. Sebuah video hari Rabu menunjukkan ratusan orang yang meneriakkan "matilah diktator" di Universitas Teheran. Tapi keaslian video tersebut tidak dapat dikonfirmasi karena ada larangan jurnalis meliput secara independen.

hp/vlz (rtr, afp, ap)