1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Kekerasan Warnai Pemilu Filipina

10 Mei 2010

Beberapa orang tewas dalam aksi kekerasan yang mewarnai jalannya pemilu di Filipina. Masalah dalam proses mesin penghitungan suara juga telah menimbulkan kemarahan dan kebingungan di negara tersebut.

https://p.dw.com/p/NKJE
Pemilu Filipina DigelarFoto: AP

Noynoy Aquino Favorit

Lebih dari 40 juta warga Filipina mengikuti pemilu yang berlangsung Senin (10/05) kemarin. Benigno Aquino III atau yang populer dikenal sebagai Noynoy Aquino, merupakan kandidat favorit untuk menggantikan kedudukan Gloria Macapagal Arroyo, di negara yang bertahun-tahun dililit kemelut korupsi tersebut. Ia merupakan putra mantan presiden Filipina, Corazon Aquino.

Arroyo begnadigt Ex-Präsident Joseph Estrada Philippinen
Joseph EstradaFoto: AP

Sementara mantan presiden Joseph Estrada juga tidak mau kalah dalam persaingan untuk menjadi orang nomor satu di negara tetangga Indonesia itu. Saingan berat Aquino lainnya adalah pengusaha properti, Manny Villar. Noynoy Aquino, masih berusia 23 tahun ketika ayahnya Benigno Aquino ditembak tentara saat kembali dari pengasingan di Amerika Serikat untuk bersaing politik dengan mantan presiden Ferdinand Marcos tahun 1983. Insiden berdarah tersebut mengejutkan dunia dan mendorong munculnya gerakan "Kekuatan Rakyat" yang menggulingkan Marcos dari puncak kekuasaan. Tiga tahun sesudahnya, ibunda Noynoy, Cory Aquino naik menjadi presiden.

Kerusakan Mesin Penghitung Suara

Jalannya pemilu di Filipina kali ini terkendala oleh kecemasan warga akan terjadinya kecurangan di dalam penggunaan mesin penghitungan suara otomatis, yang pertamakalinya dilakukan di Filipina. Ketua komisi pemilu Rene Sarmiento mengungkapkan banyak pemilih yang mengajukan keluhan. Gregorio Larrazabal dari Komisi Pemilu menambahkan: "kami menyarankan pemilih untuk sedikit bersabar. Toh ynag paling penting di sini adalah setiap orang dapat menyalurkan suaranya dan setiap suara dihitung."

Gangguan muncul ketika pemilu baru dibuka. Beberapa mesin pengitung mengalami kemacetan. Komisi pemilu terpaksa memperpanjang waktu pemilihan satu jam. Antrian panjang terlihat di tempat-tempat pemungutan suara. Komisi pemilu memperkirakan sekitar 85 persen pemilih menggunakan hak pilih mereka.

Noynoy Mengantri Lima Jam

Kejadian memalukan terjadi ketika Aquino terpaksa menunggu selama lima jam untuk menggunakan hak pilihnya di provinsi Tarlac, akibat mesin penghitung mengalami kerusakan. Sebelumnya Aquino dan kandidat presiden lainnya mendesak agar penghitungan dilakukan manual seperti biasa untuk menghindari situasi semacam ini, namun komisi pemilu berkeras bahwa hal itu akan menyebabkan kebingungan lebih jauh. Sebab tujuan digunakan mesin ini adalah agar pemilu terhindar dari kecurangan dan kekerasan. Prosedur barunya adalah mesin penghitung suara membaca kartu suara yang telah ditandai dan mengolahnya secara cepat.

Rakyat Menaruh Harapan

Armut Philippinen Manila Armenspeise
Kemiskinan di daerah kumuh FilipinaFoto: picture-alliance/dpa

Warga hanya dapat berharap pemilu dapat berjalan lancar dan hasilnya membawa perubahan dalam upaya melawan kemiskinan dan korupsi: "saya me´ndoakan agar pemilu berjalan damai. Dengan demikian membawa kemajuan di negara ini. Cukup sudah kecurangan yang selalu terjadi dalam pemilu sebelumnya."

Aksi Kekerasan Terjadi

Namun pelaksanaan pemilu awal pekan ini tak luput dari aksi kekerasan. Beberapa orang tewas di hari pemilihan. Korban pertama jatuh di selatan Filipina. Seorang pendukung politisi lokal, sepupu dari wakil gubernur Cotabato Utara tewas ditembak orang tak dikenal, sebelum pemungutan suara resmi dibuka.

Inisden lain terjadi di Provinsi Zamboangan Sibugay, dimana terjadi konflik antara anggota polisi dengan para pendukung kandidat mayor. Penyebab konflik belum diketahui dengan pasti.

Ayu Purwaninsih/afp/dpa/rtr
Editor: Asril Ridwan