1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ajakan Rujuk China bagi Taiwan

5 Maret 2009

Republik Rakyat China siap untuk berunding dengan Taiwan guna mengakhiri permusuhan. Pernyataan ini disampaikan Perdana Menteri China Wen Jiabao pada awal pertemuan Kongres Nasional Rakyat China, yang dibuka Kamis ini.

https://p.dw.com/p/H6T5
PM China Wen JiabaoFoto: ap

Himne kebangsaan mengawali dibukanya Kongres Nasional Rakyat China. Lalu Perdana Menteri China Wen Jiabao menyampaikan pidatonya dengan menyinggung masalah Taiwan.

Menciptakan keadaan untuk mengakhiri permusuhan. Demikian kebijakan politik atas taiwan yang dipaparkan perdana menteri RRC itu di hadapan 3000 an anggota kongres. Perubahan positif terjadi di Taiwan dan masa-masa sulit utama dalam hubungan China dengan pulau lintas selat itu telah teratasi, tambah Jiabao. China siap menggelar pembicaraan terkait isu politik, militer, termasuk kesepakatan damai kedua pihak.

Disini terlihat perubahan orientasi politik China. Taiwan di mata China selama ini dianggap sebagai provinsi pembangkang. China mengklaim kedaulatan atas Taiwan, yang memisahkan diri pada akhir perang tahun 1949. Sehingga permusuhan terus mengiringi hubungan kedua pihak. Namun sejak tahun lalu, hubungan kedua pihak sedikit membaik, ketika presiden baru Taiwan, Ma Ying-jeou terpilih. Ma Ying-jeou, yang berasal dari partai Nasionalis Kuomintang, lebih bersikap bersahabat dengan negeri tirai bambu itu.

Padahal di bawah kepemimpinan presiden sebelumnya Chen Shui-Bian, hubungan RRC – Taiwan berada dalam tingkat amat rendah, ketika China melakukan latihan militer di pantai dekat Taiwan dan menempatkan ratusan misil jarak rendah yang tertuju ke pulau itu. Misil memang masih berada di sana, namun di bawah Ma, hubungan ekonomi kedua pihak semakin meningkat dan penerbangan langsung antara Taiwan dan China terus dibangun. .China pun mengubah nadanya terhadap Taiwan. Seperti bunyi pidato yang disampaikan Wen Jiabao:

"Kami siap, melaksanakan pembahasan isu politik dan militer. Dalam hal ini dapat dibangun persyaratan, yang bisa mengakhiri permusuhan dan memungkinkan kontrak perjanjian damai."

Bahasan isu Taiwan yang disampaikan Wen Jiabao ini merupakan bagian dari pidatonya yang didominasi juga oleh masalah krisis keuangan global. Di China, efek krisis keuangan ini begitu terasa. Ketika ekspor menurun dratis, banyak pabrik di China terpaksa ditutup, sehingga jutaan orang kehilangan mata pencarian. Dalam pidatonya di hadapan delegasi Kongres Nasional, PM China memperingatkan bahwa efek negatif dari krisis ekonomi global ini tidak akan sirna dengan cepat. Namun Jiabao mendorong rakyat untuk tidak kehilangan semangat:

"Tahun ini diputuskan untuk melaksanakan rencana-rencana kita. Ini merupakan tahun terberat sejak ratusan tahun. Tugasnya melaksanakan reformasi, untuk membangun kembali negara dan menjaga kestabilan, yang tidak mudah. Namun kami percaya bahwa kita dapat mengatasi kesulitan ini dan dapat menghadapi tantangan. Kita berpandangan bahwa kita mampu.“

Sejumlah program dilontarkan, untuk dapat merangsang kembali pertumbuhan ekonomi China dan terutama untuk menyediakan lapangan kerja baru. Pemerintah China menyiapkan paket stimulus ekonomi lebih dari 400 milyar euro, yang terutama akan digunakan untuk memperkuat pasar domestik dan membangun daerah tertinggal. Sebagai tambahan Jiabao juga menjanjikan peringanan pajak, kestabilan pangan, mendorong ekspor dan perbaikan sistem sosial. (ap)