1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AI: Serangan Pasukan Koalisi Tewaskan Warga Sipil Mosul

28 Maret 2017

Ratusan warga sipil tewas dalam beberapa bulan terakhir di Mosul, Irak akibat serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, demikian laporan Amnesty International.

https://p.dw.com/p/2a5QS
Irak Mossul Bergung Opfer Luftangriff
Foto: Reuters

Laporan yang dikeluarkan Amnetsty International hari Senin (27/03) itu mengutip laporan dari korban dan saksi mata mengenai serangan udara yang menewaskan warga sipil.

"Bukti yang dikumpulkan di tanah di timur Mosul menunjukkan pola mengkhawatirkan atas serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin AS ini, dimana telah menghancurkan seluruh rumah beserta keluarga di dalamnya," ujar Donatella Rovera, penasehat senior perespon krisis di Amnesty International. Ia menambahkan bahwa pasukan koalisi memakan korban sipil yang akan timbul akibat serangan udara.

"Mereka tidak mencoba untuk melarikan diri ketika pertempuran berlangsung karena mereka menerima instruksi berulang dari pemerintah Irak untuk tetap tinggal di rumah mereka," Rovera melanjutkan.

"Jumlah korban sipil yang tinggi menunjukkan bahwa serangan pasukan koalisi di Mosul telah gagal dalam mengambil tindakan pencegahan yang memadai untuk mencegah kematian warga sipil. Dan ini merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang amat mencolok," lanjutnya.

Harga mahal yang harus dibayar

Lebih dari 3.000 warga sipil diyakini telah tewas di Mosul sejak 19 Februari lalu ketika pasukan pemerintah yang didukung AS memulai serangan untuk mengusir kelompok ISIS dari sisi barat kota, papar seorang pejabat di departemen pertahanan sipil Mosul yang berbicara dengan kantor berita DPA.

Dalam satu serangan udara yang berlangsung 17 Maret lalu, sekitar 150 warga sipil dilaporkan tewas di lingkungan al-Jadida di Mosul, kata Amnesty International.

Pada akhir pekan lalu, AS dan pemerintah Irak mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden ini dan lainnya.

Pada hari Senin(27/03), juru bicara militer AS John Thomas, membantah tuduhan bahwa koalisi yang dipimpin AS telah mengabaikan aturan dalam serangan udara terhadap ISIS di Irak dan Suriah. Upaya telah dilakukan, untuk lebih bertindak hati-hati, dalam membedakan antara sasaran sipil dan militer, tambahnya.

Pertempuran berbahaya

Pasukan Irak memulai serangan terhadap ISIS di Mosul sejak Oktober silam. Mereka menghadapi perlawanan terberat mereka melawan ISIS di Irak, sehingga semakin beralih ke serangan udara dan artileri guna membersihkan dan mempertahankan wilayah di sebelah barat kota. Pada bulan Januari lalu, Irak menyatakan Mosul timur "sepenuhnya dibebaskan."

Warga sipil, kelompok-kelompok kemanusiaan dan pejabat pemantau telah berulang kali memperingatkan kemungkinan meningkatnya korban sipil di Mosul barat, karena jumlah kepadatan pendudukanya lebih tinggi.

Ketika operasi untuk merebut kembali Mosul diluncurkan, lebih dari satu juta orang diperkirakan masih berada di Mosul. PBB memperkirakan sekitar 400.000 orang masih terjebak di dalam kota.

ap/vlz (dpa/ap)