1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ahmadinejad Menang

13 Juni 2009

Presiden Mahmud Ahmadinejad terpilih kembali dengan sekitar 65 persen suara. Penantang terberatnya, Mir Hossein Moussavi meraih hampir 33 persen.

https://p.dw.com/p/I8h5
Ahmadinejad menyalami para pendukungnya.Foto: AP

Sejak Jumat malam, para pendukung Presiden Mahmud Ahmadinejad sudah menganggap tokoh favorit merekalah yang menang. Sabtu (13/06) pagi Komisi Pemilu Iran memang mengumumkan hasil sementara, yaitu bahwa Ahmadinejad yang berusia 53 tahun memperoleh hampir dua kali lipat suara dari saingan terberatnya Mir Hossein Mousavi.

Hasil tsb jelas merupakan kejutan bagi para pengamat, karena sebelumnya diperkirakan Ahmadinejad dan Mousavi akan memperoleh suara yang kurang lebih berimbang, sehingga perlu dilakukan pemilihan penentuan pada hari Jumat mendatang. Ketua Dewan Nasional Iran-Amerika, Trita Pasri meragukan kebenaran penghitungan itu. Menurut dia, bila pada putaran pertama Ahmadinejad memperoleh antara 51 sampai 55 persen, itu masuk akal, tetapi angka yang ada sekarang sangat aneh. Trita Parsi selanjutnya: "Banyak sekali keanehannya. Bahkan dilaporkan, bahwa Ahmadinejad menang 57 persen di kota Tabriz, kampung halamannya Mousavi. Sangat tidak masuk akal. Bagaimana penghitungan suara bisa dilakukan sedemikian cepat, padahal TPS dibuka enam jam lebih lama? Sangat banyak keanehannya, tanpa penambahan, itu mustahil."

Mir Hossein Mousavi
Mantan PM Iran Mir Hossein MousaviFoto: picture-alliance/ dpa

Walaupun TPS dibuka lebih lama, karena minat masyarakat untuk memberikan suara kali ini berkisar antara 70 dan 80 persen, tetapi banyak orang dilaporkan tidak dapat memberikan suaranya.

"Para pengamat pemilu dari pihak kami dirintangi. Kantor-kantor kami diserang dan terdapat pula kekurangan kertas suara." Demikian dikatakan Mir Hossein Mousavi yang dalam sebuah konferensi pers di Teheran juga mengemukakan, bahwa dialah pemenang sebenarnya dari pemilihan presiden di Iran.

Moussavi sebelumnya dinilai berpeluang besar untuk menggeser Ahmadinejad karena diandalkan oleh para pemilih berusia muda, kaum perempuan dan kalangan berada Iran, bahkan juga kelompok konservatif yang ibaratnya terkena tamparan Ahmadinejad dengan garis keras politiknya. Selain itu Ahmadinejad juga dianggap mengakibatkan buruknya kondisi ekonomi Iran. Tetapi Ahmadinejad menikmati dukungan penuh dari warga miskin di pedesaan.

Pakar mengenai Iran di Wina, Walter Posch menganggap keunggulan Ahmadinejad pada kalangan bawah Iran, terletak pada citranya sebagai 'underdog' dibandingkan dengan kalangan elit di Teheran. Selain itu dia membagikan kentang secara cuma-cuma kepada penduduk desa dan menaikkan tunjangan pensiun mereka. Kalangan elit di Teheran tentu menggelengkan kepala dan mengernyitkan dahi, tetapi bagi warga miskin tentu tidak penting apakah presiden mereka diterima di Eropa dan Amerika atau tidak.

Pada pemilihan presiden empat tahun lalu sudah terdapat dugaan dilakukannya manipulasi, dan karena kali ini pun tidak ada pengamat internasional yang diijinkan masuk, itu dinilai sebagai indikasi adanya ketidakberesan. Selain itu ada hal-hal lain yang dianggap sebagai pertanda manipulasi. Yaitu, tidak adanya hubungan telepon internasional menjelang penutupan TPS, terputusnya sambungan internet, demikian pula pemblokiran pengiriman sms oleh jaringan telekom Iran. Kemudian, sejak pukul 17.00 waktu setempat, pada semua tempat penting di kota-kota besar Iran dikerahkan sejumlah besar tenaga polisi. Tambahan lagi hari Sabtu ini dan dan hari Minggu (14/06) besok semua universitas ditutup. Semua itu dianggap sebagai indikasi upaya pencegahan terjadinya kerusuhan.

(DGL/rtrd/dpa/afpd)