1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afrika Selatan Persiapkan Infrastruktur Piala Dunia 2010

4 Juni 2010

Selama ini infrastruktur Afrika Selatan oleh wisatawan mancanegara sudah dianggap memuaskan. Tapi Afsel ingin meyakinkan kehandalan infrastrukturnya bagi sekitar 300 ribu wisatawan sepakbola, selama Piala Dunia 2010.

https://p.dw.com/p/Ngbl
Persiapan terakhir pembangunan perhentian bis cepat di Afrika SelatanFoto: picture-alliance/dpa

Skenario krisis di Afrika Selatan sudah pernah digambarkan oleh perusahaan listrik Afrika Selatan, Eskom. Jika kebutuhan listrik akibat pemakaian alat pemanas listrik pada pekan-pekan musim dingin di Johannesburg meningkat, maka terpaksa para pelanggan diminta untuk mematikan semua peralatan listrik. Hanya televisi yang boleh menyala, agar dapat diinformasikan, kapan lampu dapat dinyalakan kembali. Demikian diingatkan penanggung jawab perusahaan listrik tersebut.

Gelapnya tempat berkumpul para fans, tidak adanya Public Viewing, karena layar raksasa tidak mendapat aliran listrik, makan malam di hotel hanya dengan diterangi cahaya lilin, selama berlangsungnya Piala Dunia 2010, skenario-skenario itu tidak terbayangkan oleh Walikota Johannesburg Amos Masondo

"Tidak akan terjadi padam listrik, karena kami sudah merancang kapasitas listrik yang memadai. Dan kota ini sudah memiliki pasokan listrik sendiri serta di stadion-stadion tersedia generator. Kami sudah melakukan persiapan terbaik,“ tandas Amos Masondo mengantisipasi kemungkinan buruk.

Di bidang infrastruktur persiapan besar Afrika Selatan menjelang ditiupnya peluit pertandingan, masih tampak jelas di berbagai kota. Jalan-jalan tol di Durban di sepanjang stadion pada malam hari ditutup, untuk memperbaiki sisa lubang-lubang jalan. Jalur-jalur bis tambahan dan tempat perhentian bis untuk BRT, yakni sistem bis cepat yang baru di Johannesburg, Capetown dan Durban masih diaspal.

Dan jika semua berjalan lancar, Afrika Selatan akan memiliki sarana transportasi paling modern, yang diharapkan akan mengangkut tamu-tamu pertama tepat tiga hari sebelum pertandingan pembukaan, dengan kereta api berkecepatan tinggi.

Baru pertengahan tahun 2011 kereta api berkecepatan tinggi ini akan melayani jarak jauh yakni 80 kilometer antara Johannesburg dengan Pretoria. Ini diharapkan mengatasi kekacauan lalu lintas setiap hari di jalan tol antara kedua kota tersebut. Tapi bagi para fans sepakbola hal itu terlambat satu tahun.

Para wisatawan Piala Dunia yang menyewa mobil disarankan untuk tidak menempuh perjalanan antara dua kota tersebut pada malam hari. Karena meskipun berbagai upaya dan perbaikan jaringan jalan raya, tidak semua lubang jalan berhasil ditutup.

Perjalanan udara antara Johannesburg, Capetown dan Port Elizabeth sebetulnya dianjurkan dengan hanya memakai maskapai penerbangan Afrika Selatan. Tapi bagi para fans sepakbola yang belum membooking tiket pesawat, harga tiket semakin mahal. Penerbangan murah dari Johannesburg ke Port Elizabeth pulang pergi misalnya, harganya 600 Euro atau sekitar 7, 5 juta Rupiah.

Setiap tahunnya 9,1 juta wisatawan berkunjung ke Afrika Selatan, sebagian besar dari Afrika dan negara-negara Eropa. Jerman merupakan pasar pariwisata terbesar ketiga, dengan 250 ribu wisatawan setiap tahunnya.

Selain terkenal akan wisata safari, Afrika Selatan kaya akan sejarah, seperti sejarah apartheid yang berakhir 16 tahun lalu, juga sejarah tokoh anti apartheid Nelson Mandela. Daftar catatan sejarah Afrika Selatan juga semakin panjang dengan gelarnya sebagai tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola tahun 2010.

Ulrich Reimann/Arnold Boettcher/D. Kostermans

Editor: C. Saloh