1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Pasca Pemilu dan Penyambutan Al-Megrahi di Lybia

24 Agustus 2009

Afghanistan pasca pemilu dan penyambutan pembebasan pelaku serangan Lockerbie, Ali Mohammed al-Megrahi di Lybia masih merupakan sorotan tajuk berbagai harian internasional

https://p.dw.com/p/JHUT

Mengenai situasi di Afganistan pascapilpres hari Kamis lalu (20/08) harian liberal kiri Roma "La Repubblica" menulis:

Bila emosi tinggi dan kekerasan mendominasi, maka matematiklah yang menjadi acuan. Seperti yang terjadi di Kabul saat ini, di mana kedua kandidat presiden menyatakan keluar sebagai pemenang. Keduanya membaca angka hasil pemilu sesuai dengan keinginannya, sambil menunggu hasil resmi keluar. Menurut keterangan tidak resmi, presiden saat ini Hamid Karsai keluar sebagai pemenang dengan meraup lebih dari 50 persen suara dalam pemilu yang digelar berdasarkan sebuah sistem barat. Sistem itu tidak sempurna namun tetap yang terbaik dan hasilnya harus diterima, meskipun pemilu tersebut telah dipengaruhi oleh tradisi lokal.

Dalam tajuknya mengenai pilpres di Afghanistan, harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich menulis:

Patut dihargai bahwa Amerika Serikat dan NATO tidak membiarkan Afghanistan sendiri setelah Taliban dijatuhkan tahun 2001. Tetapi mengingat tidak adanya keberhasilan, banyaknya serdadu yang tewas dan operasi militer yang begitu banyak menelan biaya, perdebatan mengenai kegunaan misi Afghanistan di Inggris, Polandia dan Jerman akan terus berlangsung. Ketimbang mengelu-elukan hasil pilpres yang meragukan itu, dunia barat sedianya meminta pertanggung jawaban mitranya di Kabul. Pembentukan angkatan bersenjata Afghanistan harus ditingkatkan, tentaranya harus lebih dilibatkan dalam pertempuran untuk meringankan beban NATO secepatnya. Karena stabilitas dan negara berdasarkan hukum tidak akan tercapai tanpa jaminan keamanan yang ditegakkan oleh Afghanistan sendiri.

Tema lain yang merupakan sorotan tajuk berbagai harian internasional adalah pengampunan pelaku serangan Lockerbie, Abdel Bassit Ali Mohammed al-Megrahi yang menderita kanker. Tahun 1988 pesawat PanAm meledak di Lockerbie, Skotlandia dan menewaskan 270 orang.

Mengenainya harian konservatif Inggris "The Times" menulis:

Adalah naif untuk mengira bahwa pemerintah Lybia tidak menjadikan pemulangan Al-Meghari sebagai agenda utamanya. Penonton televisi menyaksikan tayangan bagaimana Al-Megrahi disambut dengan meriah saat tiba di Tripolis. Bendera Skotlandia terlihat dikibarkan para penyambutnya di bandara ibukota Lybia. Pekan-pekan mendatang tampaknya akan digunakan untuk menyatakan, ia tidak bersalah. Pemimpin revolusi Muammar al-Gaddafi diperkirakan akan melibatkannya dalam perayaan 40 tahun kekuasaannya di negara itu. Kesempatan untuk mempermalukan pemerintah Skotlandia tampaknya tidak terbatas.

Sedangkan koran mingguan Inggris "The Independent on Sunday" berkomentar:

Apakah benar mengampuni seseorang dan membiarkannya meninggal di tanah airnya bila ia menurut UU bersalah. Dalam hal ini, jawaban apakah Al-Megrahi bersalah atau tidak bersalah tidak lagi relevan. Kita sendiri tidak mengetahui fakta sebenarnya. Mungkin Al-Megrahi tidak bersalah. Namun masalahnya, ia diinginkan untuk dibebaskan, walaupun seandainya ia bersalah, karena tim dokter menyatakan, ia paling-paling hidup tiga bulan lagi. Dengan demikian kita berada di pihak Kementrian Kehakiman Skotlandia yang menjatuhkan keputusan itu.

Mengenai tema yang sama harian Inggris lainnya "The Guardian" menulis:

Pemimpin revolusi Lybia Muammar al-Gaddafi atau setidaknya putranya Saif berupaya melibatkan pemulangan al-Megrahi dalam pesta perayaan 40 tahun revolusi. Lybia ingin menunjukkan, masa di mana negaranya disebut sebagai "negara jahat" sudah berlalu. Peranan Saif di sini diduga sebagai salah satu manover untuk menunjukkan siapa pengganti pemegang kekuasaan di negara itu.

Christa Saloh/dpa/afp

Editor: Asril Ridwan