1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

65. Jahrestag Kriegsende

7 Mei 2010

Tanggal 8 Mei dikenal sebagai berakhirnya bencana terbesar dalam kehidupan manusia. Dengan kapitulasi Jerman berakhirlah Perang Dunia II di Eropa yang menelan korban 55 juta jiwa.

https://p.dw.com/p/NIr3
Tentara AS (kiri) berjabat tangan dengan tentara Uni Sovyet (kanan) saat bertemu di Torgau 25/04 1945Foto: AP

Di akhir Perang Dunia II, sebagian besar Eropa porak poranda. Kota-kota di Jerman sebagian besar hancur, jutaan orang kehilangan tempat tinggal akibat pengungsian dan pengusiran. Puluhan ribu pria, diantaranya banyak kepala keluarga menjadi tahanan perang. Jerman dibagi ke dalam empat wilayah kekuasaan pasukan sekutu, yakni Amerika Serikat, Uni Sovyet, Inggris dan Perancis. Jerman terpukul secara militer, politik dan moral.

Tanggal 25 April 1945 pasukan Amerika Serikat dan Uni Sovyet tiba di Sungai Elbe dekat kota Torgau. Tanggal 2 Mei Berlin yang sudah terkepung menyerah. Dua hari sebelumnya pimpinan NAZI Adolf Hitler bunuh diri di bunker bawah tanahnya.

Kapitulasi Jerman itu ditandai dengan dua dokumen. Bagian pertama ditanda tangani tanggal 7 Mei di markas besar pasukan Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Eisenhower di Reims, Perancis. Panglima militer Jerman harus mengakui kekalahan dan diwajibkan segera menghentikan perang dan menyerahkan komando tertinggi semua kekuatan darat, laut dan udara kepada pasukan sekutu.

Dalam Perang Dunia ke-2 melawan NAZI Jerman yang dipimpin Hitler, Uni Sovyet harus menelan korban terbesar. Selain korban tewas di kalangan pasukan Tentara Merah, 27 juta warga Uni Sovyet tewas dalam perang tersebut. Pada akhirnya Tentara Merah yang memukul militer Jerman di blok Timur dan mengakhiri pembunuhan di kamp konsentrasi Ausschwitz. Atas permintaan Stalin bagian kedua kapitulasi ditandatangani di markas besar pasukan Uni Sovyet di Berlin-Karlshorst tanggal 8 Mei 1945.

Banyak warga Jerman ketika itu memandang kekalahan tersebut sebagai bencana. Baru dengan demokratisasi dan pembentukan Republik Federal Jerman tahun 1949 berkembang kesadaran sejarah yang baru. Pandangan baru dalam sejarah Jerman tersirat dalam pidato yang bermakna historis dan berpengaruh besar dari Presiden Richard von Weizsäcker, 40 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2.

Ayah Weizsäcker, Ernst sampai tahun 1943 bekerja sebagai pejabat di kementerian luar negeri pemerintahan NAZI. Namun dalam pidatonya tahun 1985, Presiden Richard von Weizscäker mengatakan 8 Mei sebetulnya bagi warga Jerman bukan hari untuk merayakan sesuatu. Ia menggambarkan masa-masa sesaat setelah Perang Dunia berakhir sebagai masa lalu yang suram dan masa depan yang diliputi kegelapan. Tapi Presiden Richard von Weizsäcker menyimpulkan makna historis tanggal tersebut

"Tanggal 8 Mei adalah hari pembebasan. Hari itu telah membebaskan kita semua dari sistem pelecehan manusia yang dilakukan penguasa Nasionalsosialistis yang semena-mena."

Sebelum 8 Mei 1985 belum pernah ada politisi Jerman Barat yang berani menyampaikan tema itu dengan begitu jelas dan tanpa kesalahpahaman. Sesuatu yang dinilai pelanggaran sebuah tabu. Demikian pendapat pakar sejarah Jerman tentang pidato historis tanggal 8 Mei, 25 tahun lalu.

Daniel Scheschkewitz/Dyan Kostermans

Editor Asril Ridwan