1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Konsultasi ASEM

Edith Koesoemawiria10 September 2006

Konferensi Ekonomi Negara-negara ASEAN dan Eropa, ASEM, yang berlangsung pada hari Minggu (10/09) dan Senin (11/09) di Helsinki memperingati tahun kesepuluh pembentukannya.

https://p.dw.com/p/CPC4
PM Polandia Kaczynski dan Kanselir Jerman Merkel juga memanfaatkan pertemuan ASEM ini untuk membahas maslah bilateral Jerman-Polandia
PM Polandia Kaczynski dan Kanselir Jerman Merkel juga memanfaatkan pertemuan ASEM ini untuk membahas maslah bilateral Jerman-PolandiaFoto: picture-alliance/ dpa

Kali ini untuk pertama kalinya sumbangan dialog masyarakat sipil diangkat secara resmi dalam bingkai pertemuan itu. Perubahan yang menggembirakan banyak pihak, terutama karena pamor ASEM sedang turun daun. Padahal masyarakat ASEM merupakan 40% populasi dunia, menghasilkan 50% GDP dunia dan menjalankan 60% perdagangan dunia.

Dalam sebuah acara dampingan yang disebut ASEM@10 dan bertema: menghubungkan masyarakat sipil di Asia dan Eropa, hasil bahasan peserta forum masyarakat Asean dan European People’s Forum, AEPF, dipresentasikan kepada publik di gedung parlemen Finlandia.

Dua tema utama mengemuka, yakni masalah lingkungan hidup, khususnya mengenai energi alternatif serta jurang digital yang sampai sekarang masih menganga. Membuka acara ASEM@10, Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari salah seorang pembicara di acara ini mengatakan, ASEM memiliki potensi untuk mencari jawaban bagi masalah regional dan global. Namun ia menambahkan,

“Memang betul, ASEM sampai sekarang belum menggunakan seluruh potensinya. Siang inipun ada yang mengatakan, ASEM seharusnya bisa menangani sejumlah isyu dan masalah yang dihadapi masyarakat sipil.”

AEPF hanya merupakan salah satu acara yang mengiringi Konferensi ASEM. Hampir berbarengan dengan pertemuan AEPF, berlangsung juga Forum Lingkungan Hidup, Forum Serikat Buruh dan Forum Pertukaran Budaya dan Budayawan. Hari Sabtu (09/09) di Helsinki berlangsung Forum Editor’s Roundtable.

Sementera, di lokasi lain persiapan Forum Bisnis ASEAN Eropa, AEBF mencapai tahap akhir. Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari yang pernah bertindak sebagai mediator perdamaian Aceh dan RI, menilai masukan masyarakat ini memperkaya dan bisa menjadikan pembicaraan ASEM nanti lebih kreatif.

Martti Ahtisaari: “Meski masyarakat sipil dan para pelakunya sangat banyak dan berbeda, hampir semuanya menggunakan sistim bottom up, dari bawah ke atas. Artinya organisasi-organisasi ini memiliki akses yang unik ke masyarakat di tingkat akar rumput dan dapat menggalang dukungan masyarakat.”

Sepuluh tahun setelah forum masyarakat yang pertama, materi yang biasanya menjadi bahan untuk melobby negara-negara yang bersangkutan, justru dipublikasi dalam acara yang jelas-jelas menjadi bagian ASEM. Suatu kemenangan?

Klaus Fritsche dari Asienhaus Jerman, ragu-ragu. Lelaki yang 10 tahun lalu turut melahirkan forum masyarakat ini berpendapat, AEPF perlu tetap independen. Namun ia menghargai pengakuan yang telah diperlihatkan atas upaya masyarakat ini. Banyak pihak yang berpendapat sama, terutama setelah deklarasi yang dihasilkan AEPF diterima oleh Perdana Menteri Finlandia, Matti Vanhanen dalam suatu acara khusus.

Kali ini dalam sebuah pertemuan tiga hari, sekitar 450 orang wakil organisasi masyarakat di Helsinki yang bergabung dalam AEPF, berkumpul untuk bertukar pendapat, membahas masalah serta kepentingan bersama.

Selain masalah energi dan teknologi komunikasi, dibicarakan juga tema-tema seperti lingkungan hidup, perdamaian, demokrasi dan keamanan bagi pejuang dan pembela hak azasi manusia. Disamping itu dilancarkan pula sejumlah aksi demo dan kegiatan seperti membuka dapur umum sebagai cara penyebarluasan informasi.

Tahun 1996 di Bangkok, sejumlah organisasi masyarakat mulai menyelenggarakan Asean dan European People’s Forum, AEPF. Pertemuan rakyat ini diluncurkan menjelang bersamaan dengan KTT ASEM yang pertama. Forum masyarakat AEPF ketika itu dinafasi keinginan masyarakat untuk dilibatkan dalam dialog-dialog yang bakal menentukan masa depan mereka juga.