1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Yunani Harus Lakukan Reformasi

Janina Semenova3 Juli 2015

Media Eropa tidak lagi menaruh simpati pada pemerintah Yunani. Taktik perundingan tak cerdas hingga referendum tergesa-gesa memicu kritik tajam dari media terhadap politik PM Tsipras.

https://p.dw.com/p/1Fs8L
Griechenland Krise
Foto: picture-alliance/dpa/L. Dieffembacq

Politik yang dijalankan pemerintahan Yunani di bawah PM Alexis Tsipras memicu kritik tajam dari media internasional. Referendum yang digelar tanpa persiapan matang dan strategi menolak reformasi menyeluruh serta renegosissi utang untuk menyehatkan kembali ekonomi negara itu, memupus simpati internasional terkait tragedi yang menimpa Yunani.

Harian Perancis Le Figaro dalam tajuknya menulis kritik tajam terhadap Yunani yang menolak menjalankan reformasi dan renegosiasi utang. Negara di zona Euro lain yang sebelumnya dilanda krisis, seperti Irlandia, Portugal atau Spanyol melakukan reformasi dalam waktu cepat, agar tetap bertahan di zona Euro. Hanya Yunani yang menolak mereformasi diri. Jika Yunani ingin tetap berada di zona Euro, negara ini harus menjalankan reformasi yang menyakitkan, menurunkan anggaran pegawai negeri dan mempertajam kemampuan bersaingnya di pasar.

Harian Polandia Gazeta Wyborcza dalam tajuknya menyatakan bisa memahami mengapa rakyat Yunani menolak reformasi. Harian ini lebih lanjut menulis: semua orang tentu menghendaki status kehidupan yang lebih tinggi. Itu sebabnya mayoritas rakyat Yunani mendukung kampanye pemerintah Tsipras, untuk "menolak" usulan reformasi Troika Eropa dalam referendum. Tapi diragukan apakah mayoritas rakyat itu juga mengerti, bahwa di belakang beragam istilah teknis yang rumit itu, sebetulnya tersembunyi pilihan yang mudah. Yakni, memilih untuk hengkang atau tetap berada di zona Euro.

Harian Belgia De Morgen mengomentari secara kritis keputusan digelarnya referendum secara tiba-tiba. Masalah yang dihadapi terlalu penting dan tidak dapat dipecahkan dengan tergesa-gesa. Karena itu dipertanyakan, mengapa keputusan referendum ditarik terlalu cepat dan dalam jangka pendek. Di saat rakyat ibaratnya "pecah kepala" memikirkan rekening banknya yang diblokir, bagaimana memberi makan keluarga, membayar sewa rumah atau membayar uang kuliah anak.

Sementara harian Rusia Rossijskaja Gaseta dalam komentarnya mencari penyebab krisis Yunani di tempat lain, yakni di dalam Uni Eropa. Lewat sebuah referendum, rakyat kini tampil sebagai aktor baru dalam panggung drama "Tragedi Yunani". Penyebab utama krisis di Yunani, menurut harian Rusia itu adalah krisis struktural berat di dalam Uni Eropa.

Sebaliknya harian Ceko Hospodarske noviny menulis komentar yang mengritik tajam PM Yunani Alexis Tsipras. Seharusnya Tsipras sudah mundur bulan April silam, agar pemerintah Yunani masih bisa menjalin kesepakatan dengan Eropa. Sebaliknya, PM Yunani ini justru melawan hingga detik-detik akhir. Bahkan dengan menggelat taktik yang tak tahu malu, dengan menyelenggarakan sebuah referendum yang sebetulnya tidak perlu.