1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300311 Syrien Assad Rede

31 Maret 2011

Dengan penuh ketegangan, Rabu (30/03) warga Suriah menunggu pidato Presiden Bashar al-Assad. Tidak ada rencana konkrit untuk reformasi, juga tidak ada kritik terhadap diri sendiri. Prinsipnya, semua masih seperti dahulu.

https://p.dw.com/p/10lQ3
Bashar al-Assad ketika berpidaro di depan parlemen, Rabu (30/03)Foto: AP

Mengenai tuntutan utama gerakan demokrasi, yakni pencabutan keadaan darurat, sang pemimpin negara hanya menanggapi sedikit, "Undang-undang tentang keadaan darurat dan ijin pembentukan partai-partai akan ditinjau tapi itu membutuhkan waktu. Reformasi butuh waktu."

Pidato tersebut adalah pidato pertama Presiden al-Assad dimuka umum sejak kerusuhan 18 Maret. Apa yang terjadi dalam parlemen di Damaskus mengingatkan pada sebuah pertunjukan teater. Lagi-lagi masing-masing anggota berdiri dan memuji presiden serta negara Suriah dengan kata-kata berbunga.

Dalam inti pidatonya, al-Assad menyampaikan stabilitas di Suriah, yang digambarkannya sebagai benteng kuat yang tahan menghadapi semua musuh. Sejauh reformasi dibutuhkan, hal itu akan dilaksanakan. Begitulah politik Suriah dahulu dan tidak bergantung pada situasi aktual.

"Ada beberapa hal yang sejauh ini belum diumumkan seperti pemberantasan korupsi, media dan perbaikan pasar tenaga kerja. Rinciannya akan diumumkan setelah konsultasinya membuahkan hasil," dikataka al- Assad.

Pihak oposisi di Suriah boleh kecewa. Masih belum jelas, bagaimana dan kapan permintaan pencabutan situasi darurat yang telah diterapkan selama 48 tahun, yang memungkinkan pelarangan terhadap demontrasi anti pemerintah dan aksi penangkapan yang sewenang-wenang, dapat dipenuhi. Bagi gerakan demokrasi, ini merupakan situasi yang tidak tertahankan.

Ghias al- Jundi, aktivis HAM Suriah, mengatakan, "Orang menginginkan kebebasan. Suriah sudah cukup matang untuk perubahan. Warga Suriah menginginkan standar hidup yang baik dan kebebasan berbicara. Mereka tidak bisa lagi menerima, bahwa seseorang yang berbicara secara terbuka bisa dihukum 5 tahun penjara."

Memang sang presiden menyetujui pendukung gerakan demokrasi, yang memiliki beberapa alasan yang baik. Namun sekaligus ia menuduh adanya dalang di luar negeri yang terus mengobarkan ketegangan di Suriah. Tuntutan warga Suriah untuk reformasi dimanfaatkan untuk mempertanyakan negara Suriah secara keseluruhan. Terutama Israel, juga dituduh berada di balik semua itu.

Presiden Bashar al-Assad juga mengritik saluran televisi internasional yang bisa diterima di Suriah. Menurutnya, saluran-saluran televisi tersebut menggoyang stabilitas negeri itu, orang tidak boleh mempercayai beritanya. Dengan begitu tampaknya ia menuduh Al Jazeera yang memiliki peran besar dalam pemberitaan dunia Arab.

Bagaimanapun pidato yang disampaikan Al- Assad, Rabu (30/03), gagal menenangkan orang-orang yang tengah melakukan aksi protes di jalanan.

Felix de Cuveland/Miranti Hirschmann

Editor: Dyan Kostermans