1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Diimbau Tidak Panik dengan Aktiviitas Bromo

29 November 2010

Letusan Gunung Bromo adalah aktivitas rutin tahunan dan tidak membahayakan seperti Merapi. Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada kaitan antara letusan Bromo dengan letusan yang sebelumnya terjadi di Gunung Merapi

https://p.dw.com/p/QLB5
Gunung BromoFoto: AP

Pemerintah menyatakan, letusan yang terjadi di gunung Bromo tidak akan se-berbahaya seperti yang terjadi di Merapi beberapa waktu lalu. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Dr. Surono menegaskan, apa yang terjadi di Bromo sekarang adalah siklus rutin tahunan.

"Ini sudah karakteristik Bromo. Jadi kecil kemungkinan akan menjadi sebuah letusan yang sangat hebat. Ini sangat Bromo dan sistemnya sudah sangat terbuka, beda sekali dengan karakteristik Merapi. Paling letusan Bromo hanya berupa uap air atau paling jauh hanya ada unsur magmanya. Bromo itu paling hanya abu dan pasir, sementara Merapi itu bisa berupa awan panas yang sangat mematikan," lebih lanjut dikatakan Dr. Surono.

Surono menegaskan, jarak berbahaya di Gunung Bromo adalah radius kurang dari tiga kilometer atau di sekitar lautan pasir kaldera Bromo saja. Selebihnya dikategorikan aman. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa kota Malang kemungkinan akan mengalami hujan abu.

Pemerintah, sejak tanggal 23 November lalu telah menetapkan status awas atas Gunung Bromo. Lebih jauh Surono menegaskan, tidak ada kaitan antara letusan gunung Bromo dengan apa yang sebelumnya terjadi di Merapi.

Letusan pertama Gunung Bromo terjadi pada Jumat, 26 November, dan berlanjut hingga hari Minggu pagi (28/11). Hingga Senin (29/11), aktivitas vulkanik dan getaran masih terjadi. Asap tebal warna hitam dengan ketinggian 600 hingga 700 meter juga keluar dari kawah Gunung Bromo.

Sementara itu, aktivitas vulkanik Gunung Merapi dilaporkan menurun. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tidak mencatat terjadinya gempa tremor pada hari Senin (29/11). Pada hari Minggu (28/11), hanya terjadi 13 kali gempa tremor di Merapi.

Andy Budiman

Editor: Ayu Purwaningsih