1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

060510 Biden Brüssel

6 Mei 2010

Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Kamis (06/05) berbicara di Parlemen Eropa di Brussel, Belgia, mengenai kerjasama trans-atlantik.

https://p.dw.com/p/NGUU
Joe Biden kketika menyampaikan pidatonya di depan Parlemen Eropa, Kamis (06/05)Foto: AP

Hangat sambutan bagi Wakil Presiden AS Joe Biden di Parlemen Eropa. Meski begitu ketidak hadiran Presiden Barack Obama masih mengganjal. Beberapa pekan lalu, Obama membatalkan kehadirannya untuk pertemuan puncak di Spanyol. Kritik mengenai hal itu tersirat dalam kata-kata Ketua Parlemen Eropa Jerzy Buzek kepada Joe Biden.

Dikatakannya, "Presiden Ronald Reagan berbicara kepada Parlemen ini pada 8 Mai 1985. Itu merupakan satu-satunya kali, seorang presiden AS berbicara dengan wakil rakyat Eropa yang dipilih secara demokratis. Kehadiran Anda di sini merupakan simbol pembaruan dialog tingkat tertinggi antara kedua benua.“

Sejak memburuknya hubungan transatlantik di masa pemerintahan Bush, pemerintahan Obama sejak awal menekankan keinginan untuk memulai baru hubungan dengan Uni Eropa. Hal yang juga ditegaskan oleh Joseph Biden, "Pemerintah Obama dan Biden tidak meragukan bahwa diperlukan sebuah Uni Eropa yang kuat, dan pemerintah kami sepenuhnya mendukung itu. Kami yakin, bahwa kondisi yang baik di Uni Eropa merupakan hal yang penting untuk keamanan jangka panjang Amerika, jangan ragukan itu.“

Ceramah Biden mengungkit sejarah. Ia mengatakan, seperti kerjasama pembangunan kembali antara Eropa dan Amerika Serikat di masa usai perang dunia kedua, maka kinipun kedua pihak perlu bekerjasama. Baik dalam menghadapi perubahan iklim global, maupun ancaman nuklir Iran, masalah Afghanistan atau krisis ekonomi.

"Kami menyambut paket bantuan untuk Yunani yang disiapkan oleh Eropa bersama Dana Monter Internasional. Kami akan mendukung upaya penyelamatan Yunani secara langsung, maupun melalui IMF,“ begitu ungkap Biden, yang juga membahas isu sensitif. Kepada Parlemen Eropa wakil presiden AS itu mengatakan bahwa menjunjung hak azasi manusia merupakan tugas bersama negara-negara demokratik. Meski begitu tambahnya, melindungi keamanan fisik setiap warga juga merupakan tanggung jawab yang tak dapat digugat.

Pasalnya, anggota Parlemen Eropa kerap menolak untuk mengorbankan kebebasan sipil dan kekuatan hukum yang menjamin hal itu, demi melawan teror. Februari lalu Parlemen Eropa bahkan dengan tegas menolak kerjasama pertukaran data bank dengan Amerika Serikat. Mayoritas anggota Parlemen Eropa memandang, pertukaran data bank melanggar hak azasi, khususnya yang terkait dengan hak warga untuk memiliki dan melindungi ranah pribadi.

Biden memperingatkan, selama tidak ada kesepakatan SWIFT yang merupakan kerjasama pertukaran data bank, maka peluang untuk menggagalkan ancaman serangan teroris jauh lebih kecil.

Christoph Hasselbach/Edith Koesoemawiria

Editor: Asril Ridwan