1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vonis Karadzic Sulut Kegusaran

Zdravko Ljubas (ml/as)25 Maret 2016

Pemimpin Serbia Bosnia, Radovan Karadzic divonis hukuman 40 tahun penjara akibat kejahatan perang dan genosida di Bosnia-Herzegovina antara 1992-95. Semua pihak yang terlibat tak puas dengan vonis ini.

https://p.dw.com/p/1IJq8
Anggota keluarga korban kekejaman Karadzic yang hadir dalam pembacaan vonis di Den Haag
Anggota keluarga korban kekejaman Karadzic yang hadir dalam pembacaan vonis di Den Haag (24/03/2016)Foto: Reuters/M. Kooren

Terutama keluarga para korban genosida di Srebrenica yang merasa tak puas atas vonis 40 tahun penjara terhadap Karadiz, dalang pembantaian lebih 8.000 warga Muslim Bosnia itu. Warga Sarajevo, yang dulu mengalami pengepungan 1.400 hari dan aksi teror juga kecewa. Mereka menilai vonis hukuman terlalu ringan.

Sebaliknya pendukung Karadzic dari partai demokratik Serbia juga menyatakan tak puas, dan menilai vonis terlalu tinggi serta menuntut vonis bebas bagi bekas "warlord" semasa perang Bosnia itu.

Namun demikian Bakir Izetbegovic, Ketua Dewan Kepresidenan Bosnia-Herzegovina, setelah dijatuhkannya vonis terhadap Radovan Karadzic mengatakan kepada para reporter di Sarajevo; "Vonis ini penting karena memvonis sebuah ideologi.

Radovan Karadzic Porträt
Radovan KaradzicFoto: picture-alliance/AP Photo/M. Kooren

Ia menekankan, bahwa vonis itu penting bagi korban perang, bagi negara-negara Balkan dan seluruh kawasan. Vonis menunjukkan dunia yang beradab mengerti penderitaan rakyat Bosnia-Herzegovina selama perang antara 1992 hingga 1995.

Bakir Izetbegovic adalah anak Alija Izetbegovic, yang memerintah Bosnia selama perang, dan mengadakan banyak negosiasi dengan Karadzic. Kini ia menyerukan semua pihak untuk tidak mempolitisir keputusan Tribunal Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) di Den Haag dan mengatakan, relasi harus didirikan di kawasan itu atas dasar kebenaran dan keadilan.

Korban Srebrenica kecam vonis

Vonis tidak memberikan kepuasan apapun terhadap korban perang 1992-95, walaupun keputusan ICTY menempatkan Karadzic (70) di balik terali besi selama 40 tahun. Khususnya bagi banyak warga yang selamat dari tahanan di kawasan Prijedor. Mereka kecewa karena ICTY tidak menganggap Karadzic bertanggungjawab atas pembunuhan massal kedua, di mana terjadi pembersihan etnis di tujuh kawasan, termasuk Prijedor.

"Saya sudah menduga hasilnya begini," kata Nusreta Sivac, mantan hakim dari Prijedor kepada DW. Ia menambahkan, mereka masih mengharap jaksa penuntut akan mengajukan banding, sehingga mereka mungkin masih akan merasa senang. Munira Subasic dari Asosiasi Ibu Srebrenica menyatakan hal sama. Ia datang ke pembacaan vonis di Den Haag. Ia mengungkap, vonis terhadap Karadzic penting bagi anak-anak mereka yang kini terracuni perasaan benci dan kebohongan.

Jangan lupakan Sarajevo

Tribunal Den Haag juga menganggap Karadzic bertanggungjawab atas 44 bulan pengepungan Sarajevo. Lebih 10.000 orang tewas, 1.500 diantaranya anak-anak sebagai akibat pengempungan, pemboman pembunuhan terarah oleh penembak jitu tersembunyi atau sniper.

Sakim Mujo Hasanovic warga Sarajevo yang anggota keluarganya tewas dalam pembantaian di pasar Markale, Februari 1994 menekankan, "dalam kasus Karadzic tidak ada keadilan."

Walikota Sarajevo Ivo Komsic juga tidak puas dengan vonis. Ia menekankan, kejahatan Karadzic bukan hanya nyata di Srebrenica, melainkan di seluruh negeri. Menurutnya, kekejaman yang terjadi di Sarajevo saja sudah cukup untuk menjatuhkan vonis seumur hidup terhadap Karadzic. Komsic menambahkan, vonis bagi Karadzic kemungkinan bahkan mendorong tindakan kriminal serupa, dan pelakunya bisa berharap akan dapat hukuman ringan yang sama.

Sementara itu, pemerintah Serbia-Bosnia, terutama anggota Partai Demokratik Serbia (SDS) juga menyatakan tidak puas atas vonis. Mereka menilai keputusan tidak adil, dan menuntut agar Karadzic dibebaskan.