1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180110 Haiti Zerstörung

18 Januari 2010

Bantuan bagi korban gempa datang terlambat, penduduk Haiti semakin putus asa. Kekerasan mulai merebak di beberapa kota. Bantuan medis mulai tiba di ibukota Port-au-Prince.

https://p.dw.com/p/LYkx
Lelah menunggu datangnya bantuan, warga Port-au-Prince mulai menjarah toko-toko dan supermarketFoto: picture-alliance/dpa

Selama berhari-hari sebagian besar penduduk Port-au-Prince sia-sia menunggu bantuan. Kini, mereka menjarah toko dan supermarket terdekat. Situasi serupa terlihat di pompa-pompa bensin. Kekerasan marak, polisi menahan sejumlah orang dan menembaki massa dengan gas air mata. Penduduk ibukota Haiti mulai kehilangan kesabaran. Begitu juga tenaga bantuan luar negeri yang kewalahan menghadapi situasi pasca bencana. Tenaga medis bekerja 24 jam, tapi sebenarnya dibutuhkan jauh lebih banyak dokter.

Obat-obatan dan tenaga medis mulai tiba di Port-au-Prince. Rumah sakit darurat memulai pekerjaannya di ibukota Haiti. Tapi di kota-kota lainnya, para korban masih menanti datangnya bantuan. Di Leogane misalnya, salah satu kota besar di barat ibukota. Kota inilah yang paling dekat dengan episentrum gempa. 80 persen rumah di kawasan ini hancur. Tapi bantuan baru tiba lima hari setelah gempa terjadi, begitu juga di Carrefour, sebuah kota berpenduduk setengah juta jiwa.

Sejumlah tenaga bantuan asal Jerman tiba di Carrefour, kota terbesar kedua Haiti. Mereka mencari korban selamat di reruntuhan bangunan, di antaranya gedung sekolah yang luluh lantak. Suhu udara yang panas dan bau busuk mayat yang tersembunyi di bawah reruntuhan menyulitkan kerja anjing pelacak. Harapan makin tipis bahwa tim bantuan menemukan korban selamat.

"Ada beberapa jalan yang masih bisa dilalui, sama sekali tidak rusak. Tapi, kalau kita belok di depan sana kelihatan kerusakannya. Infrastruktur yang hancur adalah masalah besar. Kami membawa peralatan berat untuk membongkar puing-puing ini. Agar kami dapat mengeluarkan mereka dari bawah reruntuhan. Tapi peralatan ini harus diangkut dengan truk, dan ini adalah tantangan besar yang menelan waktu," demikian Michael Lesmeister, relawan dari Jerman juga mencari korban di kota Carrefour, menggambarkan kondisi yang dihadapi tim bantuan.

Dan waktu sangat krusial bagi para korban. Michael Lesmeister belum berhasil menemukan korban selamat di Carrefour. Tapi ia tetap tidak mau menyerah dan kehilangan harapan.

Saat ini, warga Haiti memang bergantung pada harapan ini. Hari Minggu (17/01), sejumlah kelompok terlihat menggelar kebaktian di bawah langit terbuka.

Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki Moon tiba di Haiti hari Minggu (17/01). PBB kehilangan ratusan pegawainya akibat gempa hebat di Haiti. Markas PBB di Port-au-Prince rata dengan tanah. Ban ingin meyakinkan diri bahwa bantuan internasional benar-benar tiba di tangan mereka yang membutuhkan.

Senin ini (18/01), Dewan Kemanan PBB bertemu di New York untuk membahas bantuan untuk korban bencana Haiti. Agenda pertemuan antara lain usulan Meksiko untuk meningkatkan bantuan internasional di bawah koordinasi PBB. Gempa hebat yang meluluhlantakkan Haiti menelan korban puluhan ribu orang dan menyebabkan 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggalnya.

ZER/VLZ/DW-TV/Mellmann/UN