1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya Membungkam Media

4 Februari 2011

Aksi protes terhadap Presiden Mubarak terus berlangsung. Ada pihak yang ingin membungkam dan menakut-nakuti pekerja media. Tapi arus berita tidak bisa dibendung.

https://p.dw.com/p/10B8f
Foto: AP

Harian Perancis Liberation menyoroti berbagai upaya intimidasi terhadap pekerja media di Mesir dan menulis:

Langkah menyedihkan ini muncul dari sebuah ilusi tentang masyarakat yang tertutup. Mubarak sebelumnya sudah berusaha memutuskan hubungan internet. Lalu stasiun siaran Al Jazeera sempat dilarang beroperasi, karena stasiun siaran ini menyebarkan gambar-gambar aksi protes ke seluruh dunia Arab. Setelah itu, para reporter media asing diserang. Tapi Mubarak tidak memperhitungkan kemungkinan teknologi. Berita-berita tetap bermunculan di layar televisi. Al Jazeera hanya mengganti kanal siaran dan bisa melanjutkan siarannya. Media-media asing juga tetap menyiarkan berita, sekalipun pekerjaannya makin sulit.

Harian Italia Corriere della Sera berkomentar:

Tindakan agresif yang berulangkali dilakukan terhadap para demonstran dan jurnalis asing, menurut perkiraan kalangan oposisi, dikendalikan oleh pihak pemerintahan. Rejim di Mesir mencoba meniru tindakan pemerintah di negara-negara lain, yang dulu pernah membungkam gerakan protes masyarakat. Misalnya di Cina, Myanmar dan Iran. Untuk menindas aksi protes, adalah penting mengusir para saksi mata yang mengganggu. Jadi sasaran utamanya antara lain para jurnalis asing. Gambar-gambar dan laporan yang disiarkan stasiun-stasiun televisi internasional dianggap sebagai bahaya besar bagi pihak yang tetap ingin mempertahankan tahtanya.

Harian Italia lainnya, La Stampa menyoroti kemungkinan perkembangan di Mesir setelah Mubarak:

Jika Husni Mubarak jatuh, maka kelompok militer yang akan menentukan, siapa saja pimpinan oposisi yang akan diajak berdialog. Militer Mesir juga akan tetap menjamin bahwa Amerika Serikat punya pengaruh besar. Ini lebih baik, sebab setiap tahun Amerika Serikat memberi bantuan dana sampai 1,3 miliar Dollar. Selain itu, militer juga akan menjamin, bahwa perjanjian perdamaian dengan Israel tidak diganggu gugat. Setelah Mubarak, Mesir tetap akan menjalani masa sulit. Sebab pihak yang menang masih akan menghadapi krisis ekonomi yang parah, dengan angka pengangguran dan tingkat inflasi yang tinggi. Perkembangan Mesir akan tergantung dari kebaikan hati para sahabatnya di luar negeri. Namun mereka pun pasti akan menuntut sesuatu.

Tema lain yang jadi sorotan pers adalah upaya memperkuat mata uang Euro. Jerman dan Perancis bersama-sama mengusulkan paket kebijakan untuk memperkuat daya saing. Harian Perancis Le Monde berkomentar:

Paket kebijakan ini memuat kewajiban-kewajiban minimal yang harus dipenuhi oleh 17 negara pengguna mata uang Euro. Idealnya, kalau aturan ini diberlakukan untuk seluruh Uni Eropa. Kita masih ingat, betapa ragu-ragunya kanselir Jerman Angela Merkel bertindak pada awal tahun 2010 untuk membantu Yunani menghadapi masalah utangnya. Perubahan sikap pemerintah Jerman dalam hal ini cukup mengesankan dan menyenangkan. Jerman tidak bisa lagi disebut sedang menarik diri dan jalan sendiri. Sebaliknya, Merkel ingin menjadi motor utama konsolidasi Uni Eropa. Ia menunjukkan diri sebagai warga Eropa sejati. Ini patut disambut.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Hendra Pasuhuk