1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

040909 EU NATO Angriff Kundus

5 September 2009

Dalam serangan udara NATO terhadap dua truk pengangkut bahan bakar yang dibajak oleh Taliban di Afghanistan Utara, sekitar 90 orang tewas. Kepala kebijakan Luar Negeri Uni Eropa menyesali jatuhnya korban sipil.

https://p.dw.com/p/JSbU
Pasukan Keamanan Afghanistan menjaga truk pengangkut bahan bakar, yang sudah termakan api. Truk itu meledak akibat serangan NATO.Foto: AP

Rasa kesal, maupun rasa terpukul tampak jelas dalam sikap para Menteri Luar Negeri Uni Eropa yang berkumpul di Stockholm guna membicarakan serangan udara NATO dini hari Jumat di Afghanistan Utara. Pertemuan dua hari ini sebenarnya bertujuan membahas kegiatan-kegiatan baru yang dapat menunjang kebijakan politik Uni Eropa di Afghanistan. Namun serangan NATO yang menewaskan hampir 90 orang itu, menyebabkan perubahan fokus para politisi.

Di Stockholm, Kepala kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana, tampak sangat tergugah, “Saya merasa iba dan menyampaikan belasungkawa sedalamnya kepada semua keluarga dari korban yang tewas akibat ledakan tengki bensin itu.”

Serangan dinihari Jumat yang berlangsung di wilayah Kunduz tempat pasukan Jerman bertugas, dilakukan atas permintaan Bundeswehr. Menurut laporan, menjelang pukul dua pagi, sekelompok anggota Taliban menyelinap masuk ke sebuah pos pemeriksaan di Kunduz, lalu membajak dua truk pengangkut bensin. Kedua truk itu di bawa menuju wilayah Char Darah. Namun kelompok Taliban itu na'as.

Afghanistan Verletzete in Kundus nach NATO Luftangriff
Warga yang cedera akibat serangan udara NATO dilarikan ke rumah sakit di Kunduz.Foto: AP

Tindakannya segera diketahui, lalu ban dari kedua truk curian itu terjerat lumpur sungai yang akan diseberangi. Pasukan Bundeswehr bergerak cepat, meminta bantuan NATO atau ISAF untuk mengatasi masalah. Segera, skwadron pesawat tempur NATO lepas landas menuju lokasi. Dalam keterangannya kepada pers, Gubernur Kunduz Muhammad Omar mengatakan, kelompok Taliban tengah memompa keluar bensin curiannya, ketika pesawat tempur ISAF menyerang. Korban pun berjatuhan.

Peristiwa Kundus masih diselidiki. Namun disebutkan, bahwa setelah truk-truk itu mogok, Taliban memanggil penduduk desa di sekitar sungai untuk membagi-bagikan bensin yang telah mereka sedot itu. Karenanya, sekitar 200 hingga 250 warga sipil juga berada di sana, diantaranya anak-anak.

Nato Angriff auf von Taliban entführten Tanklaster
Warga setempat mengubur para korban tewas dalam sebuah kuburan massal di dekat Kunduz.Foto: AP

Sampai kini belum ada kejelasan informasi dan Menteri Luar Negeri Inggris David Milliband, tampak menahan amarah atas banyaknya korban. Meski tak diketahui pasti berapa banyak diantaranya yang terhitung warga sipil, ia mendesak agar ada transparansi dan jaminan bahwa hal serupa tidak akan terulang.

Di Brüssel, Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menyatakan akan segera menggulirkan penyelidikan. Ia menyatakan, "Warga Afghanistan harus mengetahui, bahwa kami memiliki komitmen untuk melindungi mereka. Karenanya kami akan menyelidiki tuntas serangan itu.“

Seperti di Jerman, di mana-mana perdebatan mengenai strategi masyarakat internasional di Afghanistan kembali panas. Menteri Luar Negeri Swedia, Carl Bildt memang mengatakan, bahwa berkurangnya kekerasan beberapa pekan terakhir ini mengisyaratkan perbaikan situasi. Namun dikatakan juga, bahwa tanggung jawab atas keamanan belum bisa diletakkan pada Afghanistan.

Kritik terhadap lambannya proses pelatihan pasukan Afghanistan tidak sedikit, terutama di sektor kepolisian. Nyatanya, sektor inilah yang merupakan tanggung jawab Uni Eropa, dan bagi para pengritik, menjadi salah satu bukti kegagalan politik luar negeri Uni Eropa.

Peter Heilbrunner/Edith Koesoemawiria
Editor: Christa Saloh