1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Bantu Perlindungan Iklim Negara Berkembang

11 Desember 2009

Eropa ingin membawa angin segar ke dalam perundingan mengenai iklim dunia. Namun banyak yang meragukan komitmen Uni Eropa tersebut.

https://p.dw.com/p/L0jT
PM Swedia dan Ketua Dewan Uni Eropa Fredrik Reinfeldt, kanan, dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, kiri.
PM Swedia dan Ketua Dewan Uni Eropa Fredrik Reinfeldt, kanan, dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, kiri.Foto: DW

27 kepala negara dan kepala pemerintahan Uni Eropa sepakat memberikan dana bantuan hampir 7,3 miliar Euro untuk membantu negara berkembang mengatasi dampak perubahan iklim. Bantuannya akan dialirkan dalam jangka waktu tiga tahun atau sekitar 2,4 miliar Euro per tahunnya.

Untuk itu Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt yang saat ini menjabat Ketua Dewan Uni Eropa menjelaskan, "Dana 2,4 miliar Euro itu merupakan kombinasi dari sumber lama dan baru. Tapi dana ini dialokasikan untuk tahun 2010 hingga 2012, untuk tindakan adaptasi perubahan iklim."

Inggris memberikan kontribusi terbesar dengan 1,3 miliar Euro, kemudian Jerman dan Perancis sebesar 1,26 miliar Euro. Namun Inggris memberikan syarat yang berat, yaitu, hanya memberikan dana tersebut jika negara besar anggota Uni Eropa lainnya juga memberikan bantuannya. Sementara itu Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menegaskan, bahwa Polandia juga ingin melakukan tindakan perlindungan iklim namun tidak ingin mengancam perindustrian Polandia. Lebih lanjut Donald Tusk mengatakan bahwa Polandia akan memberikan kontribusinya dari pemasukan penjualan sertifikat emisi yang dimiliki negaranya.

Sementara itu, negara penerima bantuan seperti Kenya yang dilanda kekeringan atau Bangladesh yang sering dilanda banjir punya pandangan berbeda tentang janji pemberian bantuan itu. Dana tersebut tampaknya merupakan dana bantuan pembangunan yang berganti nama. Demikian tudingan dari organisasi bantuan Action Aid.

Anne-Catherine Claude dari Action Aid mengatakan, para pimpinan sejati perlindungan iklim meminta dana nyata, dan Uni Eropa jelas sudah gagal. Organisasi bantuan yang lain, Oxfam, juga mengritik pernyataan janji bantuan Uni Eropa tersebut. Menurut Oxfam, seharusnya, setelah pelaksanaan KTT Iklim di Kopenhagen, para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk memberikan dana bantuan jangka panjang hingga senilai 35 miliar Euro.

Dalam pertemuan puncak Uni Eropa di Brussel yang berlangsung dari tanggal 10 hingga 11 Desember ini juga tidak menyepakati target baru pengurangan emisi gas karbondioksida. Para pemimpin negara Eropa tetap pada target semula akan mengurangi 20 persen emisi gas karbondioksida hingga tahun 2020. Parlemen Eropa sebelumnya menuntut agar target tersebut dinaikkan hingga 30 persen. Uni Eropa setuju, namun dengan syarat.

Kanselir Jerman Angela Merkel menjelaskannya, "Kami siap untuk menaikkan target hingga 30 persen, jika kami melihat adanya perubahan posisi dari pemain besar lain di Kopenhagen."

Sebagian besar negara Uni Eropa menghendaki agar para penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, Amerika Serikat dan Cina, juga memberikan pernyataan tegas mengenai tindakan perlindungan iklim. Selama ini Amerika Serikat menyebut sasaran mereka adalah pengurangan maksimal lima persen dari sasaran tahun 1990, demikian dikatakan Reinfeldt sinis.

Bagaimanapun juga, perundingan kini tergantung pada Washington dan Beijing. Cina menyatakan tidak ingin diikat dengan sasaran perlindungan iklim.

Cina juga meragukan keseriusan komitmen negara-negara anggota Uni Eropa. Di Kopenhagen, wakil Menteri Luar Negeri Cina Ha Yafei mempertanyakan apa yang dapat dilakukan dunia dalam tiga tahun dengan dana bantuan 7,2 miliar Euro tersebut. Selain itu Ha Yafei juga mempertanyakan mengapa tidak ada kesepakatan bantuan dana jangka panjang hingga tahun 2050.

Susanne Henn/Luky Setyarini

Editor: Agus Setiawan