1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ukraina dan Rusia Pererat Kemitraannya

22 April 2010

Ukraina membuang kesempatannya menjadi anggota Uni Eropa. Negara itu pererat kerjasamanya dengan Rusia.

https://p.dw.com/p/N3Io
Presiden Rusia Dmitry Medvedev tiba di UkrainaFoto: AP

Harian Polandia „Dziennik Gazeta Prawna“ mengomentari kesepakatan potongan harga pasokan gas dan perjanjian militer antara pemerintah Rusia dan Ukraina. Harian itu menulis:

„Ukraina mendapat potongan harga untuk pasokan gas dari Rusia. Seperti yang diinginkannya. Sebagai imbalannya pemerintah Ukraina akan memperpanjang kontrak bagi armada Laut Hitam Rusia untuk menggunakan pelabuhan di Sewastopol. Langkah ini akan menghalangi upaya Ukraina untuk menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO. Dan juga, bila di masa mendatang ada kesempatan lagi untuk menjadi anggota. Tetapi bukan itu saja yang dikuatirkan. Yang penting adalah, apakah Ukraina telah menyerahkan hak untuk menggunakan seluruh infrastrukturnya kepada Rusia? Polandia dan Uni Eropa sudah menyepakati, bahwa Ukraina berada di luar struktur barat. Tetapi di pihak lain, negara barat tetap mempunyai kepentingan supaya Ukraina stabil dan netral. Perjanjian gas antara Rusia dan Ukraina harus transparan dan memperhatikan kepentingan UE. Yang lebih baik lagi adalah jika UE diikutsertakan dalam perundingan berikutnya. Dalam pertemuan kali ini Uni Eropa tidak dilibatkan. Ini praktek buruk. Karena, Eropa kalah, sedangkan Rusia menang.

Harian Rusia „Kommersant“ juga memberikan komentarnya terkait kesepakatan gas dan militer antara Rusia dan negara tetangganya Ukraina:

„Rusia dan Ukraina menyepakati sebuah perjanjian perdagangan. Pemerintah Rusia memberikan potongan harga gas 30% dengan jaminan, Rusia dapat mengoperasikan armada Laut Hitamnya di Sewastapol, di semenanjung Krim, hingga tahun 2042. Itu berarti, Rusia telah memastikan militernya ditempatkan di Krim setidaknya untuk 30 tahun ke depan. Bagi Ukraina, perjanjian tersebut menutup kemungkinannya untuk masuk ke UE. Ini aspek yang sangat penting. Dengan potongan harga itu, Rusia berhasil mendapatkan keuntungan geopolitik. Hal ini tak terbayangkan sebelumnya. Kini Rusia tidak perlu tergesa-gesa untuk mendirikan sebuah pangkalan armada laut di kota pelabuhan Novorossijsk di kawasannya. Kembali Rusia membuktikan, bahwa gas adalah senjata politik yang disukainya. Hal ini juga diakui oleh Presiden Dmitry Medevedev. Ia mengatakan, pihak lain yang juga ingin memperbaiki hubungannya dengan Rusia, seharusnya mencontoh Presiden Ukraina Viktor Yanukovich.

Tema lain yang mendapat perhatian media internasional adalah penempatan militer Jerman di Afghanistan. Koran Jerman „Tageszeitung“ yang terbit di Berlin menulis:

„Pertanyaan, mengapa pembangunan di negara itu tersendat-sendat tidak terlalu penting. Karena di negara lain prosesnya juga begitu. Puluhan pemerintah mengerahkan tentaranya, menjaga agar tidak kehilangan muka, memenangkan pemilu dan meyakinkan pengikutnya betapa pentingnya mengirimkan pasukannya ke Afghanistan. Dan kebanyakan media dengan tidak disadari bermain-main dengan kekejaman perang. Tentara Jerman di medan perang atau tentara Jerman yang trauma lebih penting ketimbang menganalisa situasi di Afghanistan. Nampaknya tentara bersenjata lebih menarik daripada memikirkan bagaimana membangun sekolah dasar. Publik Jerman tidak tahu banyak tentang masyarakat Afghanistan. Ini yang disalahgunakan politik Jerman untuk kepentingan kekuasannya.“

Harian Jerman lainnya „Frankfurter Allgemeine“ menyoroti kunjungan Komandan Pasukan Perdamaian Internasional NATO untuk Afghanistan ISAF, Stanley McChrystal. Harian itu menulis:

„Sampai pertengahan tahun lalu masih ada kesan, bahwa kerugian ditutupi dalam pertempuran dengan Taliban masih dapat diterima. Tetapi sejak Jenderal McChrystal memimpin pasukan ISAF, strateginya diubah. Secara operatif perlindungan dan keamanan warga sipil menjadi prioritas utama. Hal ini disampaikannya pada pemerintah Jerman Rabu lalu (21/4). Ia juga memuji kesediaan tentara Jerman di Afghanistan. Pemerintah Jerman tentu senang mendengarnya. Tetapi ada kekuatiran, bahwa ketentuan dari McChrystal itu justru mengundang pemberontak untuk meningkatkan serangannya. Karena demi keamanan warga sipil, ISAF tidak akan membalas serangannya.“

AN/AR/dpa/afpd