1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uji Klinis Pionir Gunakan Sel Punca

Vidi Legowo19 Juli 2013

Pemerintah Jepang mengijinkan uji klinis menggunakan sel punca yang diambil dari tubuh pasien sendiri. Ini uji klinis yang pertama di dunia.

https://p.dw.com/p/19Au7
Undatierte Aufnahme des Wissenschaftsmagazin «Science» zeigt das Übertragung der Körperzelle von einer Frau in eine entkernte Eizelle derselben Spenderin. Daraus habe sich ein Embryo entwickelt, dem auf einer frühen Entwicklungsstufe Stammzellen entnommen worden seien, die sich zu allen Zelltypen eines Körpers bilden können. Bei diesem Experiment haben Forscher in Südkorea nach eigenen Angaben einen menschlichen Embryo geklont und daraus Stammzellen zur therapeutischen Anwendung gewonnen. Das Embryonenschutzgesetz wurde vor 20 Jahren verabschiedet, um den Mensch vor den Auswüchsen der Fortpflanzungsmedizin zu schützen. Doch der Fortschritt hat das Gesetz überrannt: Neue Techniken dürfen angewandt werden, weil sie nicht in den Paragrafen stehen. Foto: Courtesy of W.S. Hwang dpa (zu dpa 0012 vom 19.10.2010) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Foto: picture-alliance/dpa

Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura menyetujui proposal dua lembaga penelitian yang berarti membolehkan mereka untuk memulai tes yang ditujukan bagi penanganan penyakit degenerasi makula (AMD) yang menyebabkan kebutaan bagi manusia lanjut usia dengan menggunakan sel iPS (induk pluripoten diinduksi). Sekitar 700.000 warga Jepang menderita penyakit AMD.

Kerjasama Dua Lembaga

Penelitian sel punca ini adalah bidang pionir yang mungkin bisa menyembuhkan kondisi yang saat ini tidak bisa ditangani dunia medis. Para ilmuwan berharap, uji klinis bagi penanganan AMD dapat memberi harapan baru bagi jutaan orang yang kehilangan daya penglihatannya.

Uji klinis akan dilakukan secara bersama oleh Riken Center for Developmental Biology dan Institute of Biomedical Research and Innovation (IBRI) di Kobe. Riken akan menggunakan sel punca dari sel kulit pasien. Uji klinik akan mencoba menciptakan sel retinal yang bisa ditransplantasi ke mata enam pasien yang menderita AMD, menggantikan bagian mata yang rusak. Transplantasi bisa dilakukan paling cepat pertengahan tahun depan di rumah sakit IBRI.

Kyoto University Professor Shinya Yamanaka speaks during a news conference at Kyoto University in Kyoto, western Japan, Monday, Oct. 8, 2012, after learning that he and British researcher John Gurdon won this year's Nobel Prize in physiology or medicine. The prize committee at Stockholm's Karolinska Institute said the two won the prize for discovering that mature, specialized cells of the body can be reprogrammed into stem cells ? a discovery that scientists hope to turn into new treatments. (Foto:Kyodo News/AP/dapd) JAPAN OUT, MANDATORY CREDIT, NO LICENSING IN CHINA, FRANCE, HONG KONG, JAPAN AND SOUTH KOREA
Shinya YamanakaFoto: dapd

Tidak Kontroversial

Sel punca bisa dikembangkan menjadi beragam sel jaringan tubuh, seperti otot, syaraf, otak, jantung, atau sel-sel lainnya. Pakar kesehatan sejak lama tertarik untuk memanfaatkan sel punca untuk menghasilkan jaringan bagi transplantasi yang bisa menyembuhkan penyakit. Hingga penemuan sel iPS beberapa tahun yang lalu, satu-satunya cara memperoleh sel punca adalah dengan memperolehnya dari embrio manusia. Ini langkah yang dianggap kontroversial karena harus merusak embrio, proses yang ditentang oleh pihak pemuka agama yang konservatif.

Terobosan terjadi tahun 2006 oleh Shinya Yamanaka di Universitas Kyoto. Peraih penghargaan Nobel di bidang kedokteran tahun lalu ini sukses menghasilkan sel punca dari jaringan kulit manusia dewasa. Sama seperti sel punca embrionik, sel iPS juga mampu berkembang menjadi sel apapun di dalam tubuh.