1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turki Perpanjang Status Darurat

29 September 2016

Badan keamanan nasional Turki umumkan perpanjangan keadaan darurat yang ditetapkan setelah kudeta 15 Juli. Sampai sekarang sekitar 32.000 orang yang disangka terlibat kudeta ditahan..

https://p.dw.com/p/2Qise
Türkei Sicherheitskräfte
Foto: Picture-Alliance/dpa/Str

Badan keamanan nasional MGK setelah sidang di Ankara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan,menyatakan: status darurat harus diperpanjang untuk menjamin penegakan demokrasi, ditaatinya peraturan hukum, hak-hak dan kebebasan warga negara."

Status darurat ini melegalkan tindakan pemerintah terhadap warga yang dituduh membangkang. Namun ini juga ibaratnya membunyikan  alarm peringatan bagi negara mitra Turki di Uni Eropa dan AS. Erdogan menyatakan keadaan darurat tiga bulan tanggal 20 Juli, beberapa hari setelah kudeta yang gagal. Seyogyanya status itu berakhir pertengahan Oktober. Kini MGK menyatakan perpanjangan status itu, tapi tidak menetapkan untuk berapa lama.

Türkei Präsident Tayyip Erdogan Rede bei der UN
Presiden Turki Recep Tayyip ErdoganFoto: Reuters/E. Munoz

Fethullah Gulen tampik tuduhan jadi dalang

Aktivis menuduh Ankara melangkahi hukum dengan perpanjangan status darurat. Tapi pemerintah mengatakan, langkah itu diperlukan untuk mematahkan dukungan bagi ulama Fethullah Gulen yang kini berada di AS, dan dituduh jadi dalang kudeta. Gulen selalu menampik tuduhan tersebut.

Secara terpisah, MGK juga merekomendasikan agar 15 Juli di masa depan dirayakan jsebagai "Hari Demokrasi dan Kebebasan". Kudeta Juli lalu gagal setelah warga turun ke jalanan dengan menunjukkan dukungan bagi Erdogan. 

 

Ada gelombang penangkapan berikutnya

Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag mengatakan kepada televisi NTV hari Rabu, bahwa 70.000 orang sudah diusut setelah upaya kudeta mengalamin kegagalan, dan 32.000 dari mereka diputuskan tetap ditahan. Bozdag mengatakan, penangkapan berikutnya kemungkinan akan dilancarkan dalam waktu dekat.

Menurut media Turki, pemerintah merencanakan pendirian 174 penjara baru dalam lima tahun mendatang. Itu akan meningkatkan kapasitas penampungan tahanan di Turki dari sektiar 200.000 saat ini  menjadi sekitar 300.000.

Hukuman karena menghina Erdogan

Sementara itu, mantan ratu kecantikan Merve Büyüksarac dijatuhi hukuman penjara karena didakwa menghina Presiden Erdogan lewat sebuah puisi. Vonis hukuman penjara setahun dan dua setengah bulan dijatuhkan pengadilan Istanbul. Hukuman itu tidak dilaksanakan jika Büyüksarac berjanji tidak akan mengulang kesalahannya dalam lima tahun mendatang.

Türkei Merve Buyuksarac Schönheitskönigin
Mantan ratu kecantikan Merve Büyüksarac divonis hukuman penjara akibat didakwa hina ErdoganFoto: S. Alemdar/Getty Images

Foto model itu menyebarkan puisi berjudul "Ustanin Siiri" (puisi tuan) lewat media sosial Instagram, yang isinya membahas korupsi yang menggurita di Turki.

Desember 2013, beberapa orang kepercayaan Erdogan yang ketika itu menjabat posisi sebagai perdana menteri diperiksa karena tuduhan korupsi. Salah satu orang yang dicurigai adalah putra Erdogan, Bilan Erdogan, yang disebut jelas dalam puisi.

Hukum di Turki menetapksan, kasus menghina presiden diancam hukuman sampai empat tahun. Sejak Erdogan jadi presiden, jaksa sudah mengajukan lebih dari 1.800 kasus penghinaan presiden ke pengadilan, termasuk terhadap para kartunis, jurnalis dan kaum remaja yang kritis. Pasal itu yang bisa ditafsirkan secara luas, juga digunakan untuk membungkam seorang moderator TV yang kritis di Jerman.

ml/as (rtr, dpa, afp)