1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

130910 EU-Außenminister Brüssel

14 September 2010

Sehubungan hasil positif referendum konstitusi Turki, pembicaraan Menteri-menteri Luar Negeri Uni Eropa di Brüssel hari Senin, berkisar antara lain pada keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/PBK1
Menlu Jerman Westerwelle, kiri, dan Menlu Turki, Ahmet Davutoglu di Brüssels.Foto: AP

Pujian mengalir untuk Turki, dari para menteri luar negeri Uni Eropa. Sekretaris Negara Jerman untuk Urusan Luar Negeri Werner Hoyer melihat dukungan mayoritas bagi reformasi kontitusi di Turki sebagai hal yang memberi semangat. Hoyer mengatakan, "Langkah kita dalam isu Turki kini dipekuat, dan Turki terus bekerja untuk mengarahkan negaranya agar sejalan dengan negara hukum yang sesuai dengan demokrasi di Eropa. Ini adalah hasil yang menggembirakan, untuk itu kami menyampaikan kepada teman-teman Turki ucapan selamat."

Bersamaan dengan itu, pihak-pihak yang sebelumnya mendukung Turki sebagai anggota Uni Eropa, berusaha meredam harapan yang mungkin timbul akibat keberhasilan referendum. Ditekankan kembali bahwa referendum hanya merupakan langkah kecil ke arah yang benar. Sementara di Jerman pendapat para pemimpin dalam pemerintah koalisi CDU/CSU & FDP bertolak belakang. Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle, seperti Hoyer yang juga dari partai liberal FDP, tidak menutup kemungkinan keanggotaan penuh Turki dalam Uni Eropa.

Dikatakan oleh Westerwelle akhir pekan ini,"Turki memiliki hak untuk diperlakukan secara adil, secara terhormat dan sederajat. Tidak ada yang bisa menjanjikan sesuatu kepada Turki sebelum waktunya tiba, tapi tak siapapun juga boleh mengesampingkan sebuah negara yang begitu penting dan tampak menjalani upaya modernisasi."

Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel menolaknya dan hanya bersedia membayangkan hubungan kemitraan yang istimewa.

Para menteri luar negeri Uni Eropa berada di Brüssel dalam rangka mempersiapkan pertemuan puncak Uni Eropa hari Kamis. Saat itu akan dibicarakan konsekwensi krisis mata uang Euro saat ini. Sehubungan dengan itu, Hoyer tampak cemas karena sampai kini belum terkumpul saran-saran konkrit.

Dalam kritiknya ia tegaskan, Jerman menginginkan saran-saran mengenai hukuman yang lebih keras kepada pelanggar batas defisit negara. Selain itu Berlin juga menolak keras masukan komisi, agar program penyelamatan bagi negara-negara yang bangkrut menjadi institusi tetap. Ia mengingatkan adanya ancaman sikap otomatis untuk bertopang pada institusi itu, dan hal itu membuka peluang untuk konflik institusional.

Sementara itu, untuk kedua kalinya gagal upaya untuk menghasilkan persetujuan negara-negara anggota dalam isu kesepakatan perdagangan bebas dengan Korea Selatan. Italia menyampaikan kekuatrian terhadap persaingan yang akan terjadi akibat masuknya mobil-mobil Korea selatan tanpa bea ke wilayah Uni Eropa. Ketua Dewan Eropa, Menlu Belgia Steven Vanackere mengharapkan perdebatan mengenai isu Korea Selatan bisa diselesaikan pada pertemuan puncak minggu ini. Ia menegaskan bahwa kesepakatan itu tidak hanya menguntungkan Korea Selatan.

Uni Eropa berharap, bahwa dengan dihapusnya bea cukai untuk perdagangan antara kedua wilayah itu, akan ada peningkatan perdagangan yang mencapai 20 milyar Euro. Apabila isu kesepakatan pekan iniberhasil diputuskan secara positif, maka 6 Oktober mendatang dokumen untuk itu bisa sudah ditandatangani.

Christoph Hasselbach/Edith Koesoemawiria

Editor: Dyan Kostermans

Audio in DaletWeb:

http://daletweb.dwelle.de/basebrowser/titles_details.php?title_id=10347277

ENDE