1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

240409 Armenien Türkei

24 April 2009

Turki dan Armenia memutuskan untuk menormalisasi hubungan bilateralnya. Hal itu diputuskan hari Kamis (23/04) dalam sebuah pertemuan.

https://p.dw.com/p/HdkJ
Demonstrasi di Istanbul setelah penembakan Hrant Dink, Jan. 2007Foto: AP

"Kami semua orang Armenia“ – begitu yel-yel ribuan warga Turki di Istanbul ketika jurnalis Hrant Dink ditembak di tengah jalan pada Januari 2007. Ketika itu Dink adalah pemimpin redaksi Agos, sebuah majalah mingguan Armenia-Turki. Jabatannya di redaksi diambil alih oleh Aydin Engin, yang kini, dua tahun kemudian, melihat adanya perubahan di Turki sehubungan dengan sengketa Armenia.

Menurut Aydin Engin, pembunuhan itu mendorong iklim keterbukaan yang positif, "Membicarakan Armenia dulu merupakan tabu. Kemudian tabu itu tersingkap, dan kini tidak ada sama sekali. Sekarang masalah Armenia dibicarakan, di media cetak, di televisi dan juga di kafe-kafe misalnya. Dan hal ini sangat penting di Turki, betul-betul penting.“

Armenia dan Turki memiliki sejarah bersama. Namun, sebagian dari sejarah itu kelam, yakni pembunuhan massal orang Armenia oleh orang Turki di jaman Kesultanan Usmaniyah. Belum ada upaya untuk mengolah dan menghadapinya bersama. Pemerintah Armenia di Erivan, mendesak masyarakat internasional agar mengakui peristiwa itu sebagai genosida. Sedangkan pemerintah Turki di Ankara menentang penggunaan ungkapan itu. Turki bersikeras, rakyat Armenia yang tewas tak lebih dari 300.000 orang. Sedangkan Armenia menyatakan, bahwa jumlahnya mencapai 1,5 juta orang.

Sejak musim panas 2007, Swiss berusaha menengahi sengketa kedua negara. Atas undangan Swiss, para kepala negara Turki dan Armenia mengadakan serangkaian pembicaraan di Bern untuk perbaikan hubungan kedua negara. Hasilnya, adalah sebuah roadmap atau peta jalanan menuju perdamaian yang diluncurkan pada hari Kamis (23/04).

Keterangan Presiden Turki Abdullah Gül: "Turki berusaha membangun perdamaian dan stabilitas di kawasan Kaukasus, artinya kawasan Kaukasus akan menjadi normal kembali. Pembahasan setiap langkah dan tindakan di media, khususnya di televisi bertentangan dengan peraturan diplomasi dan mengurangi peluang untuk berhasil. Saya yakin semua orang bisa mengerti hal ini.“

Upaya pendekatan itu melalui berbagai cara, dari turnamen persahabatan sampai menggunakan Bahasa Armenia pada beberapa siaran Turki. Namun kaum nasionalis Turki yang di oposisi tak bosan-bosan menjegal setiap langkah yang mempromosi perdamaian. Pemimpinnya Devlet Bahceli kerap mengingatkan bahwa Armenia masih menduduki Azerbaijan.

Pendudukan wilayah Azerbaijan di Gunung Karabach oleh Armenia pada tahun 1993 memicu ditutupnya perbatasan Armenia-Turki. Mendukung Azerbaijan, Turki menuding Armenia melanggar hukum internasional. Karenanya, tak heran bahwa pendekatan antara Ankara dan Eriwan juga seringkali digugat oleh pemerintahan Azerbaijan di Baku. Seperti pekan lalu ketika politisi Baku mengunjungi Turki dan mengancam akan menutup pasokan energi ke negara itu.

Ulrich Pick/ Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk