1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tuntutan Strategi Baru AS di Afghanistan

22 September 2009

Tentara harus lebih banyak lagi, atau misi akan gagal. Itu kesimpulan komandan pasukan AS di Afghanistan, Stanley McChrystal. Dalam sebuah dokumen rahasia ia menuntut perubahan strategi bagi penugasan di Afghanistan.

https://p.dw.com/p/JmGR
Jendral Stanley McChrystalFoto: picture-alliance/ dpa

Laporan tentang situasi di Afghanistan yang disusun komandan pasukan AS, Stanley McChrystal tebalnya 66 halaman. Sebagian isinya dapat dibaca di situs harian AS Washington Post sejak Senin, 21 September. Tanpa penambahan pasukan, misi di Afghanistan akan gagal, demikian McChrystal. Tetapi ia tidak mengatakan jumlah yang dibutuhkan.

Strategi Yang Revolusioner

Jenderal AS tersebut menuntut pergantian strategi yang "revolusioner" di Afghanistan, demikian dikutip dari laporannya. Yaitu berhenti membunuh pemberontak dan berjuang untuk memberikan dukungan lebih besar bagi rakyat sipil. Banyak warga Afghanistan ragu akan tekad pasukan internasional, demikian McChrystal. Angkatan bersenjata Afghanistan yang hanya beranggotakan 134.000 orang juga terlalu kecil. Menurut pendapat McChrystal, jumlah tentara harus hampir dua kali lipatnya.

Wartawan AS Bob Woodward, yang bersama reporter Washington Post, Carl Bernstein mengungkapkan skandal Watergate tahun 1969-1974 lalu mengatakan, laporan Jenderal McChrystal istimewa. Woodward menuturkan, "Pada dasarnya McChrystal mengatakan kepada kita, marilah membuat strategi transisi. Kita perlu tentara AS sampai militer dan polisi Afghanistan mampu mengambil alih semuanya."

Usul dan Kritik

Obama Rede Wall Street
Presiden Barack ObamaFoto: Foto: ap

Menurut McChrystal, saat ini kemungkinan menjadi tahap yang menentukan dalam perang di Afghanistan. Penempatan tentara AS juga harus dibicarakan lebih baik dengan sekutu-sekutu dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO. McChrystal juga melontarkan kritik keras terhadap pemerintah Afghanistan. Institusi dinilainya lemah, korupsi menyebar luas dan penyalahgunaan kekuasaan oleh banyak anggota pemerintah menyebabkan hilangnya kepercayaan rakyat.

Laporan tersebut dikirimkan kepada Menteri Pertahanan AS Robert Gates akhir Agustus lalu. Sekarang laporan McChrystal telah sampai ke meja Presiden Barack Obama. Bagi Obama bocornya isi laporan tersebut kemungkinan besar menambah sulit situasi, karena ia perlu waktu untuk mengambil keputusan.

Presiden Obama menekankan dalam beberapa wawancara televisi akhir pekan lalu, yang paling penting adalah merumuskan strategi baru bagi Afghanistan, sebelum tentara berikutnya dikirimkan ke negara di pegunungan Hindukush itu. Obama mengatakan, "Saya tidak akan memutuskan pengiriman pasukan selanjutnya, sampai saya puas dengan strategi yang baru. Sebelumnya saya tidak akan mengirim pria dan perempuan muda berikutnya."

Rakyat Tidak Mendukung Lagi

Sejauh ini, telah direncanakan penambahan pasukan AS hingga berjumlah 68.000 orang, sampai akhir tahun ini. Obama mengatakan, terutama upaya mencapai tujuan intinya tidak boleh meleset. Dan itu adalah pelacakan orang yang bertanggungjawab atas pembunuhan 3.000 warga AS, tanggal 11 September 2001. Pembubaran dan penumpasan organisasi teror Al Qaeda zu menjadi salah satu tujuannya. Jadwal penarikan tentara dari Afghanistan tidak ada, demikian dikatakan Presiden Obama. Tetapi ia tidak percaya akan manfaat pendudukan sebuah negara tanpa batas waktu.

Sementara itu dukungan rakyat AS bagi penempatan militer di Afghanistan semakin berkurang. Dan di Kongres AS yang mayoritas anggotanya dari Partai Demokrat protes terhadap mengirimkan pasukan tambahan kian meningkat.

Nicole Markwald / Marjory Linardy

Editor: Ziphora Robina