1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Dikecam Usai Kritik Keluarga Muslim

2 Agustus 2016

Bukan Donald Trump jika tidak kontroversial. Tapi kali ini sang miliarder dianggap sudah kelewatan batas. Ia mencemooh keluarga muslim yang kehilangan putranya yang tewas saat bertugas di Irak.

https://p.dw.com/p/1Ja3D
USA Trump PK in Miami
Foto: Reuters/C. Allegri

Banyak hal kontroversial yang dilontarkan kandidat Partai Republik, Donald Trump saat ia berkampanye kaukus. Entah itu larangan masuk Amerika Serikat buat kaum muslim atau seruannya kepada Rusia untuk meretas akun email kandidat Demokrat, Hillary Clinton. Selama ini simpatisan Partai Republik selalu bisa memberi toleransi pada sang miliarder.

Tapi untuk ukuran Trump pun ucapannya kali ini telah melewati batas. Ketika ia dikritik Khizr Khan, seorang ayah muslim yang kehilangan putranya kapten Humayun Khan dalam perang di Irak, Trump malah mencemooh keyakinannya.

Dobrak tabu

Selama ini mengritik keluarga tentara yang tewas selama bertugas adalah hal tabu di Amerika Serikat. Tidak heran jika reaksi Trump mengundang kecaman, bahkan dari petinggi Partai Republik sendiri. "Saya tidak bisa menekankan lebih jelas lagi betapa saya tidak setuju dengan Trump," tutur bekas capres Republik, John McCain.

Veteran perang Vietnam itu berusaha menenangkan pemilih. "Saya harap penduduk Amerika memahami pernyataan itu tidak mewakili sikap Partai Republik, fungsionaris atau kandidat-kandidatnya."

Putra Khan, Kapten Humayun, tewas tahun 2004 silam oleh serangan bom bunuh diri saat bertugas untuk militer AS. Dalam Konvensi Partai Demokrat pekan lalu sang ayah mengecam Trump yang ingin melarang kaum muslim memasuki Amerika Serikat.

Khizr Khan Rede Ghazala Khan USA
Khizr dan Ghazala Khan dalam Konvensi Partai Demokrat di Philadelphia, 28 Juli 2016.Foto: picture-alliance/M.Bryant

Trump cemoohkan militer AS

"Pernahkah anda datang ke kuburan tentara? Di sana terbaring patriotis sejati dari berbagai keyakinan, suku dan ras," kata Khan. Sebagai reaksi Trump mencemooh isteri Khan yang berdiri di samping suaminya selama pidato, bahwa ia tidak diizinkan berbicara lantaran keyakinannya.

Kepada NBC, Ghazala Khan mengatakan tidak mampu berpidato karena ia "akan menangis" setiap kali mengingat putranya yang telah tiada.

"Banyak keluarga muslim Amerika yang mengabdi di angkatan bersenjata dan membuat pengorbanan besar," tutur Ketua Parlemen AS, Paul Ryan, yang berasal dari Partai Republik. "Pengorbanan mereka, termasuk derita orang tuanya seperti Khizr dan Ghazala Khan, selamanya harus dihormati. Titik!"

Trump sendiri berusaha mencari jalan keluar dengan mencetuskan isu kontroversial baru. "Saya khawatir pemilu kali ini akan dimanipulasi," seru Trump di hadapan pendukungnya. Ia berjanji akan melancarkan "pertumpahan darah" jika Partai Demokrat berusaha "mencuri" hasil pemilu.

rzn/hp (afp,rtr,nbc,guardian)