1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Troll : Monster Penggangu di Internet

Silke Wünsch8 November 2012

Dari fantasi menjadi kenyataan. Troll bersifat anonim dan mengganggu, adakah tempat bagi mereka di internet?

https://p.dw.com/p/16eF8
Foto: picture-alliance/dpa

Mereka berada di mana-mana. Anonim dan mengganggu. Seringkali menyakiti hati, mericuhkan diskusi dengan provokasinya di alam maya. Mereka disebut troll internet atau di Indonesia, juga flamer. Di antara kaum troll ini ada yang pakar, tapi jauh lebih banyak yang sok tahu. Sering marah dan tidak sopan, mereka menyabot blogs dan jaringan sosial. Kadang, mengubah keterangan di Wikipedia. Tujuan mereka satu, mengganggu komunikasi di internet.

Tak Sulit Dicari

Mencarinyapun tidak sulit. Troll internet juga beraksi di Indonesia. Memakai nama palsu, mereka sering kasar mengomentari hal yang tak disukainya. Di Jerman, kaum troll biasanya hadir di laman Facebook perkumpulan olah raga. Hooligan internet ini mengaku sebagai fans, tapi bila tim pujaannya kalah, mereka akan mengejek dan menghina para pemainnya.

Trolle Trollfiguren
Sosok troll dalam komik fantasiFoto: AP

Ketika klub sepakbola 1. FC Köln kalah baru-baru ini, hujan makian tak terhindar "Hey bangsat, terima kasih untuk merusak hari Minggu ini.“ Begitu bunyi salah satunya.

Sebuah situs bernama Hatr.org mengoleksi komentar-komentar troll yang setiap hari muncul di situs-situs sosial, budaya dan politik. Biasanya troll-troll pengganggu itu mengincar situs-situs anti rasisme, yang mendukung feminisme atau kaum homoseksual.

Mengubah yang keji menjadi kebajikan

Dalam kehidupan normal, pilihan-pilihan kata kaum troll bisa mengundang gugatan. Mulai dari makian yang melecehkan, hingga kalimat-kalimat kasar dan ancaman ganas, „saya binasakan kalian“. Karenanya, Hatr.org memperingatkan para pemakai internet, bahwa isi situsnya bisa menyebabkan trauma dan ketakutan mendalam. "Pikirkan kembali apakah Anda betul-betul siap mengkonfrontasinya“.

Screenshot der Seite Hatr.org
situs Hatr.orgFoto: Hatr.org

Kenyataannya Hatr.org menggunakan situsnya untuk mencari perhatian dan berbisnis. Di halaman situsnya juga tertera bahwa uang yang diterima akan disalurkan ke proyek-proyek yang berguna untuk masyarakat luas.

Pada situsnya tertulis besar „Mengubah sampah menjadi uang“. Ini merupakan kredo situs itu dan memancing pertanyaan, „apa kata kaum trolls, seandainya tahu bahwa ungkapan keji yang mencemooh itu justru membantu penggalangan dana buat proyek-proyek yang tak mereka sukai?“

Screenshot der Seite Monetizing the Hate
Foto: Monetizing the Hate

Mungkin troll internet itu tetanggamu

Disainer Komunikasi Stefan Krappitz, pernah meneliti kebiasaan troll internet. Menurut dia, sulit untuk membayangkan masyarakat internet yang tidak memiliki troll. "Sifat troll ini sudah ada sebelum adanya internet.“ Ungkapnya di laman zeit-online, "Menurut dia, sifat troll juga memiliki sisi kreatif yang menarik sebagai komentar politik.“

Selain itu, karena anonim, maka bisa jadi troll internet itu berada di sekitar kita.

Menurut dia, di luar komentar-komentar yang menghasut kebencian, ada juga troll yang baik. Mereka biasanya tidak hanya menertawai orang lain, tapi juga dirinya sendiri.

Ia juga mengingatkan bahwa internet itu bebas dan merupakan sekedar alat, karenanya tidak membedakan antara baik dan buruk. Yang bisa membedakannya adalah manusia, si pengguna internet. Masing-masing orang harus menentukan sendiri bagaimana menyikapi kaum troll di internet.

Sebagai budaya, troll tidak melulu buruk. Dalam perkembangannya, kaum troll telah membangun bahasa tersendiri, menciptakan berbagai kode untuk berbagai komunitas yang ditargetnya.

Symbolbild Troll
Foto: cc-by:Kevin Dooley

Selain itu, muncul juga banyak sub-kultur yang kreatif. Belakangan muncul aplikasi atau apps untuk mengubah foto. Darinya timbul antara lain, komik-komik kecil dan lucu yang ceritanya selalu berakhir sial, seperti “Ragefaces".

Ada juga seri gambar kucing berbicara yang dibuat aneh. Semua meluas secara viral di internet. Ini disebut juga Meme.

Sementara ini kita sulit menghindar dari trolls yang ingin merusak dan mengganggu komunikasi. Kebanyak forum dan blogs memiliki moderator yang membatasi kiprah para trolls. Sebagai media yang bebas, troll pun punya tempat di internet.