1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Tren Ekonomi Melingkar di Kalangan Muda Jerman

2 Februari 2018

Seperti apa gaya hidup modern anak muda sekarang? Salah satu yang menarik adalah yang diterapkan anak-anak muda Jerman ini yang juga mulai diterapkan di Indonesia. Opini Feby Indirani.

https://p.dw.com/p/2rMyO
Deutschland Berlin - Circular Economy House
Foto: Circular Economy House

CRCLR house (bisa dibaca Circular House) berlokasi di Neukolln, di antara Jalan Karl-Marx dan Hermann, Berlin, Jerman. Tempat seluas 2000 meter persegi ini tadinya sebuah gudang penyimpanan dan pernah digunakan sebagai pabrik pembuat minuman.

Sejak 2016 tempat ini menjadi pusat kegiatan bagi kaum muda Berlin untuk menggerakkan circular economy atau ekonomi melingkar, berdiskusi dan bereksperimen tentang segala hal terkait dengan model ekonomi yang terbilang baru ini.

Berbeda dengan ekonomi tradisional yang linear dengan urutan take-make-dispose (ambil-buat-buang), ekonomi melingkar berupaya mempertahankan nilai produk selama mungkin agar dapat digunakan berulang-ulang tanpa menghasilkan sampah (zero waste) melalui cara daur ulang (recycling), penggunaan kembali (reuse) atau produksi ulang (remanufacture). Ekonomi melingkar ini lebih ramah lingkungan dan dapat mengatasi berbagai persoalan keterbatasan sumber daya.

Feby Indirani adalah penulis sejumlah buku fiksi dan nonfiksi. Ia menginisiasi gerakan Relaksasi Beragama (Relax, It's Just Religion).Buku terbarunya adalah Bukan Perawan Maria (Pabrikultur, 2017), 69 things to be Grateful about being Single (GPU, 2017) dan Made in Prison (KPG, 2017)
Penulis: Feby IndiraniFoto: Feby Indirani

"Sejak awal menempati ruangan ini, kami tidak membuang apapun. Kami berusaha memanfaatkan segala barang yang ada dan memaksimalkan kegunaannya,” kata Lars Zimmerman yang menyebut dirinya seniman dan ekonom –suatu perpaduan yang belum lazim--  salah satu aktivis di CRCLR house pada November 2017.

Zimmerman menyambut kami grup wartawan berasal dari negara-negara Asia. Kami berkeliling mengeksplorasi ruangan. Ada kayu bekas meja terpasang di pintu, bertuliskan "I used to be a table.”  (Saya dulunya adalah meja). Ada rak terbuat dari  bekas tempat minuman. Sebuah ruangan yang ‘dinding'nya dibangun dari baju-baju bekas yang dibundel –agar ruang itu cukup hangat untuk musim dingin.

Desain interior CRCLR House sengaja dibuat lapang, nyaris tidak ada sekat dan struktur permanen. Tempat ini disewakan untuk berbagai event seperti pameran, pertunjukan dan diskusi. Penyewaan ruangan plus pembuatan konsep acara yang unik menjadi  cara andalan tim CRCLR House memperoleh pendapatan.  Sehari-harinya sebagian kecil dari lokasi dijadikan sebagai co-working space.

Memberi napas bahan-bahan bekas

Ketika mulai mempersiapkan CRCLR House untuk musim dingin, persoalan  yang tim CLCR berusaha atasi  adalah bagaimana membangun sebuah ruang untuk keperluan sementara tanpa perlu membuang struktur atau material apapun setelahnya? Di Jerman, 52 persen sampah berasal dari konstruksi bangunan dan para anak muda ini bercita-cita untuk meminimalisir angka tersebut.

Tujuan mereka adalah menciptakan tempat yang hangat, memberi kehidupan baru kepada bahan-bahan bekas, membuat struktur sementara yang tidak akan menimbulkan sampah baru begitu dibongkar.

Gagasan ekonomi melingkar adalah mengembangkan model produksi dimana setiap komponen dapat dibentuk dan digunakan kembali setelah tahap pertama kehidupan mereka. Ini persis dengan cara kerja organisme di alam di mana produk akan kembali kepada siklus alamiah setelah kematian (abu kembali ke abu). Idealnya :  tidak ada yang namanya sampah, semua hal itu bisa diciptakan ulang atau menjadi bagian dari produk lainnya, tak ada yang perlu dibuang.

Ekonomi melingkar bukan sekadar tentang mendaur ulang, melainkan model pendekatan ekonomi yang lebih holistik. Setiap produsen harus memikirkan siklus produk yang diciptakannya. Struktur produk yang diciptakan sedapat mungkin bersifat modular, artinya bisa dicopot, dipadupadankan dengan struktur lainnya.

Sementara dari sisi konsumen sebelum membeli, setiap konsumen sudah mesti bisa membayangkan setidaknya tiga kegunaan sebuah barang baik dalam siklus penggunaan pertama maupun selanjutnya. Dengan model ekonomi seperti ini McKincey Consultant memperkirakan Eropa bisa menghemat biaya produksi hingga 630 juta dollar setiap tahunnya.

Di Jerman,  model ekonomi sirkular sudah menjadi aktivisme yang berimplikasi pada perubahan gaya hidup yang mendasar Gaya hidup yang pro ekonomi melingkar  tampak tumbuh subur di kalangan muda, khususnya para pengusaha start up di Berlin.  

Originally Unverpackt (OU) supermarket bebas sampah kemasan yang didirikan Sara Wold dan Milena Glimbovski sejak 2014. Setiap konsumen mesti membawa tempat penyimpanannya sendiri dari rumah dan akan mengambil makanan yang dibutuhkan persis sesuai kebutuhannya (karena kerap membeli makanan yang sudah dipaketkan hanya akan menimbulkan sisa).

Pasta, cereal, kacang diambil dari gravity storage unit langsung ke tempat penyimpanan pribadi, jadi kustomer tidak menyentuh barang sama sekali untuk memperkecil risiko kontaminasi.

Selain menjual berbagai produk makanan seperti daging, produk olahan dari susu, mereka juga menjual produk non makanan seperti shampo dan produk pembersih. OU mengusahakan sebanyak mungkin mendapatkan sumber produk makanan lokal agar memotong biaya bahan bakar untuk mendistribusikan makanan sampai ke kustomer.

Pemodal OU berasal dari investor pribadi bahkan mereka sukses mengumpulkan investasi dari crowd funding. Ide serupa OU sebetulnya pernah muncul di London, Unpackaged yang sayangnya tutup setelah beroperasi 5 tahun.

Baca juga: Teknologi Rumah Hemat Energi

Bagaimana di tanah air?

Masa depan ekonomi Eropa adalah ekonomi melingkar yang diyakini akan memberikan keuntungan lebih bagi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Ekonomi sirkular ini dapat meningkatkan efisiensi sumber daya di Uni Eropa sebesar 30% pada tahun 2030. Hal ini akan meningkatkan produk domestik bruto Uni Eropa hampir 1% dan menciptakan tambahan dua juta pekerjaan.

Di Indonesia, percakapan tentang ekonomi melingkar juga sudah dimulai. Pada Indo Waste 2017 yang berlangsung di Jakarta Juli 2017, topik ekonomi melingkar mendapat sorotan khusus. Para pembicara dan peserta rata-rata berasal kalangan korporasi, pemerintah dan LSM.

Masih cukup jauh sepertinya untuk membayangkan gaya hidup ekonomi melingkar dipraktikkan –terlebih hingga menjadi tren-- di-kota kota besar Indonesia. Kebijakan untuk membayar plastik yang sempat berlangsung Februari-Mei 2016 saja kini tidak jelas bagaimana kelanjutannya, karena pelaksanaannya memang diserahkan kepada masing-masing peritel yang tampaknya tidak berani mengambil risiko meski hanya menagihkan Rp 200 per selembar plastik kepada kustomer.

Dibutuhkan perubahan yang mendasar pada pola pikir individual agar mau lebih peduli dan merasa bertanggung jawab secara sosial dan ekologis dengan mulai mengadopsi gaya hidup yang pro ekonomi melingkar ini. Arus perubahan biasanya dipimpin kaum muda. Dengan pertumbuhan start up di Indonesia yang mencapai 2000 per tahun (data 2016) diharapkan lebih banyak juga yang tertarik untuk merintis bisnis yang menggunakan konsep ekonomi melingkar ini.

Penulis:

Penulis: Feby Indirani (ap/vlz) adalah penulis sejumlah buku fiksi dan nonfiksi. Ia menginisiasi gerakan Relaksasi Beragama (Relax, It's Just Religion).Buku terbarunya adalah Bukan Perawan Maria (Pabrikultur, 2017), 69 things to be Grateful about being Single (GPU, 2017) dan Made in Prison (KPG, 2017)

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.