1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tragedi Sampang, NU, dan Benteng Islam Moderat

28 Agustus 2012

Dua pengikut Syiah, hari Minggu (26/08) tewas di Sampang, sebuah tempat yang selama ini dikenal sebagai basis ormas Islam moderat NU.

https://p.dw.com/p/15y1m
Foto: AP

Sinyal bahaya itu datang dari Sampang.

Dua pengikut Syiah tewas dibunuh ratusan orang. Puluhan lainnya luka dan rumah mereka dibakar. Ini bukan peristiwa pertama. Desember tahun lalu, rumah Tajul Muluk, pemimpin Syiah Sampang dibakar.

Sampang yang terletak di timur pulau Jawa, dikenal sebagai basis Nahdatul Ulama. Riset Saiful Mujani menunjukkan sekitar 48 persen muslim Indonesia adalah pengikut NU.

Organisasi ini sejak lama dikenal sebagai benteng muslim moderat Indonesia. Sejak dulu, terutama di era Gus Dur, NU menempatkan posisi yang tegas dalam membela prinsip keberagaman. Sebuah sikap yang sering membuat NU berhadap-hadapan dengan kelompok Islam garis keras.

Selama ini, NU menjadi tempat berlindung bagi kelompok minoritas saat negara absen, tidak bisa memberi rasa aman. Secara rutin, NU mengirimkan personel untuk membantu mengamankan perayaan hari suci agama lain.

Tragedi di Mojokerto pada malam Natal tahun 2000 adalah sebuah contoh. Saat itu, Riyanto seorang anggota Banser NU, tewas saat mencoba mengamankan bom yang diletakkan oleh teroris, di dekat gereja.

Sebagai mayoritas, NU menunjukkan sikap melindungi dan mengayomi dengan ikut membantu mengamankan peringatan natal atau hari suci agama lain.

Khusus dengan pengikut Ahlul Bait, almarhum Gus Dur bahkan pernah berkata bahwa kaum Nadhliyin secara sosio kultural adalah Syiah.

Karena itu, kekerasan atas pengikut Syiah di kandang NU adalah sebuah peringatan.

Peringatan bahwa benteng Islam moderat itu bisa jadi sudah dimasuki oleh gagasan radikal yang tidak toleran terhadap perbedaan.

Kita ingin NU yang moderat dan melindungi minoritas. Kita ingin Nahdatul Ulama tetap menjadi benteng Islam moderat Indonesia.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk