1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tisu Cerdas Bisa Ungkap Penyakit

Martin Riebe16 Juni 2016

Pernahkan anda bersin dan bertanya-tanya apakah anda sedang terinfeksi virus? Kini ada sebuah tisu cerdas yang bisa mengungkap penyakit yang sedang mengintai di dalam tubuh.

https://p.dw.com/p/1J7dS
Foto: Colourbox

Tisu Cerdas Bisa Ungkap Penyakit

Tes Laboratorium memberi kepastian, apakah pasien terinfeksi bakteri multiresisten, salmonela, batuk rejan atau kolera. Sebuah tes perlu waktu beberapa hari. Waktu yang berharga terbuang, yang sebetulnya bisa digunakan secepatnya mengobati pasien.

Para ilmuwan dari Institut Fraunhofer untuk Terapi Sel dan Imunologi
hendak mengubah situasinya. Mereka sedang mengembangkan ters cepat dalam beberapa menit, untuk mengenali bibit penyakit berbahaya. Tanpa laboratorium atau peralatan teknis.

Prof. Frank Bier, Fraunhofer-Institut: "Basis pemikiran laboratorium kertas tisu adalah meniru alam. Yakni reaksi tubuh jika diserang musuh, akan membentuk antibody dan memicu reaksi berantai untuk membangunkan mekanisme pertahanan tubuh. Ini yang ingin kami tiru."

Mula-mula para ilmuwan meneliti permukaan bibit penyakit. Pasalnya, setiap bibit penyakit punya permukaan khas. Semacam sidik jari yang dapat dikenali. Dalam tubuh manusia, bibit penyakit dikenali lewat molekul yang menangkapnya atau antibody.

"Kita lihat, ikatan virus pada molekul penangkap. Antibody ini yang ingin kami buat tiruannya. Kami memerlukan lokasi ikatan yang spesifik, ibarat lubang dan anak kuncinya yang sesuai", jelas Bier.



Para peneliti di Potsdam meneliti molekul pengikat ini atau merekayasanya. Mereka berorientasi pada permukaan bibit penyakit dan lokasi ikatan yang khas.

Dalam tes berikutnya, akan terlihat apakah molekul pengikat ini cukup kuat menangkap kuman dan berfungsi sebagai sensor biologis untuk bibit penyakit. Untuk menemukan kombinasi bibit penyakit dan sensor biologis yang tepat, dilakukan tes ribuan molekul di laboratorium. Ikatan akan terlihat lewat indikator pewarna.

Selanjutnya molekul sensor biologis tinggal dibubuhkan pada jaringan kertas tisu. Sekitar 500 tetesan mikro diijeksikan ke serat kertas tisu per detiknya agar berfungsi jadi laboratorium tisu.

Reaksi kertas tisu mengenali bibit penyakit dalam praktek sesungguhnya, diujicoba lagi oleh para pakar mikrobiologi. Bakteri dibubuhkan pada permukaan tes, lalu diusap dengan tisu laboratorioum. Sensor biologis terbuki mengenali kuman, dan warna tisu segera berubah.

"Keunggulan tes: cepat, tak perlu instrumen dan gampang digunakan. Tak perlu ahli dan laboratorium. Sering amat penting tahu infeksi apa yang menyerang. Dengan itu rumah sakit atau dokter praktek saat membuat resep antibiotika dapat cepat menemukan obat yang tepat", jelas Bier.



Mekanismenya persis seperti yang terjadi dalam tubuh manusia. Bibit penyakit yang diusap tisu, akan menempel pada sensor biologis dan memicu reaksi berantai yang mengubah warna tisu.

Prof. Frank Bier: "Kita bisa memperluas tes untuk keperluan lainnya. Misalnya deteksi narkoba atau kebersihan dalam produksi makanan. Dibersihkan tidak berarti bebas kuman. Kini tinggal usap dengan tisu, dan kita tahu itu bersih."

Tisu laboratorium kini masih dalam tahapan ujicoba, dan perlu beberapa tahun hingga bisa dilempar ke pasar bagi semua orang.