1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tim Pengamat PBB di Suriah Rundingkan Wewenangnya

17 April 2012

Kontingen pertama tim pengamat PBB untuk Suriah mulai merundingkan tugas,wewenang dan prosedur kerjanya dengan rezim Assad. Amerika Serikat menuding Damaskus tidak mematuhi gencatan senjata.

https://p.dw.com/p/14fHH
Foto: AP

Menimbang terus bekobarnya pertempuran di Suriah, komandan misi pengamat PBB, kolonel Ahmed Himmiche memperingatkan akan sulitnya pemenuhan tugas mereka. "Para pengamat harus bertindak setahap demi setahap, dan menyelaraskan tugasnya dengan pemerintah di Damaskus serta para pihak yang terlibat konflik", kata perwira asal Marokko itu di Damaskus Selasa (17/4). "Ini sebuah misi yang amat sulit yang memerlukan perencanaan dan koordinasi", tambahnya.

Hingga tim pengamat PBB diizinkan mengunjungi kawasan konflik, masih diperlukan waktu beberapa hari lagi. Pasalnya pemerintahan di Damaskus menuntut dirundingkannya kewenangan rinci dari para pengamat PBB. "Mula-mula kami harus menyepakati sebuah protokol bersama pemerintah Suriah dan menandatanganinya", kata kolonel Himmiche.

Kantor berita resmi Suriah SANA menyebutkan, kedaulatan negara tidak boleh dilanggar oleh misi pengamat PBB. Selebihnya pemerintahan dari presiden Bashar al Assad tidak menentang kehadiran misi pengamat PBB. Malahan diharapkan pasukan helm biru PBB dapat membongkar aksi jahat "gerombolan teroris bersenjata" yang merupakan sebutan rezim Assad bagi kelompok bersenjata anti-rezim. Demikian tulis SANA lebih lanjut.

Seorang jurubicara PBB melaporkan, kontingen pendahulu yang terdiri dari enam anggota tim pengamat tugas pertamanya adalah mendirikan kantor pusat di Damaskus. Setelah itu mereka harus menjalin kontak dengan para pihak yang terlibat konflik dan menyusun sebuah sistem pengawasan. Mula-mula akan dikirim 30 pengamat dan jumlahnya akan terus ditingkatkan sampai 250 orang pengamat.

Gencatan senjata tetap rapuh

Amerika Serikat menuding rezim Assad tidak mematuhi rencana perdamaian enam poin dari utusan khusus PBB dan Liga Arab, Kofi Annan. Pemerintah di Damaskus tetap tidak mengizinkan digelarnya demonstrasi damai dan tidak bersedia membebaskan para tahanan politik. "Berita aktual dari Damaskus tidak bagus", kata seorang jurubicara kementrian luar negeri di Washington.

Juga menteri luar negeri Rusia, Sergey Lavrov mengakui di Moskow, gencatan senjata di Suriah amat rapuh. Dalam waktu bersamaan, Lavrov menuding sejumlah negara tidak mematuhi rencana perdamaian dari Kofi Annan. Rusia berulang kali mengritik sejumlah negara Arab, yang disebut mendukung keuangan para pemberontak. Lavrov mengimbau semua negara untuk meningkatkan tekanan terhadap kelompok anti-rezim Assad agar bekerjasama dengan Kofi Annan.

Syrien erneute Kämpfe in Homs
Kota Homs terus digempur artileri berat.Foto: dapd

Walaupun dicapai kesepakatan gencatan senjata, namun pasukan pemerintah Suriah Selasa (177$9 terus menggecarkan serangannya. Áktivis hak asasi manusia Suriah melaporkan, tank-tank pasukan pemerintah terus menembaki kota Busra al Harir di provinsi Daraa di selatan negara itu. Dilaporkan sedikitnya 5 orang tewas dan sejumlah lainnya cedera. Juga bombardemen distrik Al Khaldiye di kota Homs terus berlanjut. Kelompok oposisi Suriah melaporkan, akibat pertempuran di berbagai kawasan, sedikitnya 27 orang tewas dan lebih 50 aktifis ditangkap.

Agus Setiawan (afp,dpa, dapd)

Editor : Dyan Kostermans