1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asosiasi Pengusaha India Serukan Boikot Sawit Malaysia

22 Oktober 2019

Ketegangan antara dua negara pemain besar bisnis sawit internasional yaitu Malaysia dan India meningkat. Beberapa pedagang mengatakan telah berhenti membeli minyak sawit Malaysia untuk pengiriman November dan Desember.

https://p.dw.com/p/3RgoU
Eco@Africa Palmöl Produktion in Sierra Leone
Foto: Bjoern Kietzmann

Sebuah asosiasi yang cukup berpengaruh di India menyerukan kepada para anggotanya untuk berhenti membeli minyak sawit dari Malaysia terkait konflik Kashmir.

"Perkembangan terakhir terkait ketegangan hubungan antara negara kami dan Malaysia telah memberikan banyak tanggung jawab kepada industri kami mengingat sangat besarnya impor minyak kelapa sawit dari negara Asia Tenggara itu," kata asosiasi pelarut ekstraktor Solvent Extractors' Association of India dalam sebuah pernyataan, Senin (21/10).

"Demi kepentingan Anda sendiri dan sebagai solidaritas terhadap bangsa kita, kita harus menghindari pembelian dari Malaysia untuk saat ini."

Pada bulan lalu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa India "menginvasi dan menduduki" Kashmir.

Sejak itu, para pembeli minyak sawit di India beralih mencari suplai dari negara lain seperti Indonesia karena adanya kekhawatiran bahwa Perdana Menteri Narendra Modi akan mengekang pembelian minyak sawit Malaysia.

'Hukuman' bagi Malaysia

Minyak kelapa sawit adalah ekspor produk pertanian terbesar Malaysia. Volume ekspor ke India pada periode Januari-September 2019 mencapai 3,9 juta ton atau senilai 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 28 triliun). Pengiriman ini meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu setelah India memangkas bea impor komoditas asal Malaysia pada Januari 2019.

Seruan boikot ini membebani harga patokan minyak sawit Malaysia untuk pengiriman Januari ketika pasar kembali dibuka pada Selasa (22/10).

Beberapa pedagang India juga mengatakan telah berhenti membeli minyak sawit Malaysia untuk pengiriman pada bulan November dan Desember, karena khawatir akan adanya pengenaan pajak impor yang lebih tinggi atau tindakan lain dari pemerintah India.

Pemerintah India telah menegur Malaysia atas pendiriannya terkait masalah Kashmir, tetapi belum memberikan komentar terkait apakah akan mengambil langkah tertentu dalam bidang perdagangan. Kementerian Perdagangan India menolak memberikan komentar.

Sementara Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan Malaysia akan mencari solusi diplomatik jika India membatasi impor beberapa produk dari negaranya.

ae/hp (Bloomberg, Reuters)