1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terobosan Riset Vaksin DBD di India

Muralli Krishnan19 Februari 2013

Para ilmuwan dari pusat penelitian internasional di New Delhi melaporkan kemajuan dalam riset vaksin demam berdarah dengue (DBD). Tahun ini saja, ribuan pasien meninggal akibat virus tersebut.

https://p.dw.com/p/17gvX
Foto: picture-alliance/dpa

Demam berdarah dengue (DBD) setiap tahunnya menginfeksi 50 hingga 100 juta orang di lebih dari 100 negara. Angka mortalitasnya rata-rata mencapai satu persen. Demikian laporan organisasi kesehatan dunia (WHO). Ini adalah penyakit dengan inang nyamuk yang tersebar paling luas di dunia setelah malaria.

Indonesia dengan prevalensi rata-rata 100.000 kasus DBD per tahun sesuai data departemen kesehatan, menjadi negara kedua setelah Brasil, yang memiliki kasus DBD tertinggi di dunia.

Sementara di India, tahun 2012 lalu dilaporkan 37.000 kasus penyakit demam berdarah, yang di negara itu dianggap sebagai faktor utama kematian bayi. Para pakar epidemiologi menduga, penularan virus demam berdarah secara cepat ini diakibatkan oleh inang baru yang menyebar dengan cepat.

Negara tetangga India, Pakistan, menderita epidemi DBD terparah di tahun 2011. Sampai sekarang belum ada vaksin yang bisa melindungi manusia dari ancaman infeksi virus dengue.

Kemajuan Tahap Awal

Upaya mengembangkan vaksin DBD cukup rumit, karena tercatat ada empat strain virus berbeda, semuanya biasanya menyerang serempak di kawasan epidemi. Kini ada harapan baru, setelah pusat teknologi genetika dan bioteknologi internasional (ICGEB) mengembangkan vaksin dari virus dengue yang tidak aktif berdasarkan tekonologi pembuatan vaksin Hepatitis B.

Flash-Galerie Pakistan Lahore Denguefieber
Epidemi DBD juga melanda PakistanFoto: DW

Profesor V.S. Chauhan, direktur institut di New Delhi tersebut menjelaskan; "Kami meneliti struktur virus dan dari informasi strukturnya kami bisa memotong segmen virus untuk perlindungan kekebalan tubuh."

Para peneliti mengambil segmen kecil dari struktur luar yang kemudian digabungkan. Setelah itu mereka suntikkan ke binatang untuk melihat respon kekebalan tubuhnya.

"Kami senang melihat respon positif terhadap semua empat tipe virus. Tapi harus diingat, bahwa percobaan dengan hewan sangat berbeda dengan percobaan terhadap manusia," kata Chauhan.

Pengembangan vaksin di laboratorium membutuhkan waktu yang lama. Tapi perkembangan cepat telah menjadi ciri khas industri vaksin baru di India.

Belum lama ini mereka menemukan vaksin untuk menangkal virus radang otak Japanese Encephalitis (JE) dan virus flu H1N1. Pengembangang vaksin flu H1N1 hanya butuh waktu beberapa tahun.

Penyebaran di Seluruh Dunia

Professor Chauhan mengakui kesulitan penemuan vaksin DBD. Tapi ia tetap optimis. "Membuat vaksin untuk mengatasi virus semacam ini seharusnya tidak sulit," kata Chauhan.

Dengue-Fieber - Mücke
Kampanye upaya tangani DBD terus berjalanFoto: picture-alliance/dpa

"Tapi menjadi sulit karena ada empat jenis virus dari strain berbeda dan vaksin harus bisa mengatasi semuanya. Mungkin hanya kami yang melakukan pendekatan dengan cara seperti ini."

Dr S. Swaminathan, seorang anggota tim pengembangan vaksin DBD mengatakan, "Uji klinik akan menjadi ujian yang sesungguhnya. Perlindungan dari keempat virus telah menjadi sasaran peneliti sejak 50 hingga 60 tahun."

Tantangannya lebih sulit, karena tidak ada model penyakit ini pada hewan percobaan, untuk bisa mendeteksi dan memprediksi kemanjuran vaksin. "Jadi pada dasarnya kami bekerja ibaratnya di lingkungan yang gelap dan uji coba akhir vaksin harus diterapkan pada manusia. Uji klinik akan memastikan apakah vaksin bisa berfungsi atau tidak."

Menurut para pakar beban keuangan yang diakibatkan oleh demam berdarah dengue di dunia setiap tahunnya mencapai rata-rata 587 juta US Dollar dan terus bertambah. Pertanyaannya kini, apakah vaksin dapat dipasarkan secepat mungkin, untuk mencegah terus bertambahnya fatalitas akibat DBD.